Lembaran putih menjadi saksi,menarilah pena menulis puisi.Diterkam maut cinta abadi.Disangkanya mimpi.Nyatanya realiti.
"Andai sang Ratna jatuh ke riba,akan ku petik bintang-bintang di cakerawala,Andai hatinya wijaya ku ambil, akan ku terbang membawanya jauh ke destinasi mahligai yang sudah kurangkai indah dalam bait-baitnya."
-QALEED NAZRIEL-
Diseru cinta disahut mesra
Cinta diseru bukanlah sembarang
Buta asmara membawa padah
Terimalah cinta seruan maut
"Jangan dikau menabur puspa ke dalam sukma yang telah hancur tiada penghujungnya, andai cintamu niskala"
- LYDIA DARISSA-
Dalam sesaat,mahligai yang dibina retak seribu angkara pengkhianatan serta dendam yang dibutakan dengan asmara.
Tatapanya tajam tidak adanya belas,
Senandung lirih derita terbalas,
Di balik topeng ia tersenyum puas,
Menjalin dendam membara ikhlas.
"Ingat qal, jiwa yang engkau siksa dek dendam yang tidak pernah pudar adalah seorang manusia.Yang engkau siksa itu adalah seorang wanita, istri kau sendiri qal! Ianya satu amanah!"
-KYLA DARISSA-
"Karma ada caranya tersendiri untuk menyeimbangkan dengan adil Ingatlah, dendam ini masih abadi serta telah sebati dalam jiwa"
-QALEED NAZRIEL-
Bersama malam ia terus menari di atas luka.Membisukan jiwa berteriak tidak bersuara.Sang maut tertawa dalam bisu abadi.Dendamnya terpuaskan sehingga malam menjadi saksi sepi.
"Andai pelangi yang aku ambakan sekadar angan-angan semata, makan nyawa sebagai taruhan,darah sebagai saksi dan jasadku sebagai bukti bahwa cinta agung yang tertanam utuh serta mekar di dalam jiwa yang lara ini tidak pernah goyah walau di sambut dengan pengkhianatan yang tajamnya tak terkira."
-LYDIA DARISSA-
Di akhir puisi ia lenyap dalam keheningan malam,
Bisikan maut terdengar "kau tak akan selamat sayang",
Di akhir dendam jeritanku tenggelam,
Tiada arah,tiada harapan,hanya dinanti ajal menjelang.