Dari yang awalnya nangisin deadline naskah, tiba-tiba meluas jadi mikirin hubungan pacar yang semakin hambar, mikirin keluarga yang kadang cemara kadang berisik soal perekonomian, sampai nangis karna gerd menyerang. Dan bahkan sampai mikir, "Kok gue hidup buat ngerasain kayak gini, ya?" Baru sadar kalo sudah dihantam itu semua, hati tergugah untuk bertobat dan mendekat kepada Tuhan. Tapi ujungnya, itu hanya ucapan belaka. Apa gue terlalu terluka? Atau emang gue luka-nya?
5 parts