Jenan Karsa Atma Kivandra berdiri di tengah panggung, di bawah sorotan lampu yang menerangi mimpinya yang sebentar lagi terwujud. Setelah bertahun-tahun menciptakan musik di dalam kamar kecilnya, ia akhirnya akan membawakan karya-karyanya dalam konser perdananya. Getaran rasa gugup dan antusiasme bergelombang dalam dirinya, namun satu hal yang membuatnya tetap teguh adalah cinta dan dukungan dari keluarganya. Di barisan depan, sang Bunda tersenyum hangat, sementara Jeandra, si bungsu, tak sabar ingin mendengar sang kakak memainkan lagu favoritnya. Bang Mahendra, si sulung yang tangguh, memasang wajah bangga. Mas Renja dengan emosi yang selalu membara, terlihat gelisah, namun dalam hatinya penuh rasa kagum. Hisban, si random, tampak asyik dengan pikirannya sendiri, tapi masih setia mendukung. Nandi yang tenang, duduk dengan senyum tipis, sementara Cendra, si anak paling pintar, menyimpan harapan besar untuk sang kakak dalam benaknya. Jenan merasa semua ini bukan hanya tentang dirinya. Ini tentang keluarganya yang tak pernah berhenti mendukungnya, tentang mimpi-mimpi yang terwujud karena cinta dan kebersamaan. Ketika nada pertama dari gitarnya bergema di udara, ia tahu bahwa malam itu bukan hanya miliknya-melainkan milik mereka semua yang selalu ada di sisinya.