[21+, Mengandung kata-kata yang hanya dapat dinikmati oleh kalangan dewasa]
Hai, seperti yang udah kalian ketahui dari kisahku sebelumnya, aku hanyalah seorang pemuda dari kota yang tidak terlalu besar dan sedang merintis usaha fotocopy dan percetakan kecil-kecilan di kota kelahiranku. Sejak kejadian persetubuhan yang pertama kali ku alami dengan seorang wanita berkepala 4 saat itu, aku mulai merambah ke dunia perpijatan berhubung dari beberapa orang yang pernah ku pijat mereka mengatakan jika tanganku memang tergolong keras. Jujur saja, aku merambah ke dunia perpijatan karena sebenarnya memiliki niat tersendiri.
Hampir setahun sejak pertama kali kujalani jasa perpijatan ini, aku sudah beberapa kali dapat merasakan bercinta dengan klien wanita yang ku pijat. Usia nya beragam, mulai dari 35 tahun sampai ada yang hampir 60 tahunan. Tidak semua wanita yang ku pijat sampai bersetubuh denganku, aku juga melihat keinginan dari klien tersendiri. Kira-kira dari 100 wanita, hanya 7 diantaranya yang pernah kuladeni sampai bersetubuh dengannya. Oh ya, klien ku juga beragam, aku tidak hanya memijat khusus wanita, ada juga lelaki sampai pernah dipekerjakan oleh klub sepakbola lokal untuk menjadi terapis pasca latihan mereka. Karena profesiku hanyalah pijat lelah atau bahasa di daerahku tukang kusuk.
Nah, kisah kali ini yang akan ku utarakan adalah kisahku memijat wanita berumur 46 tahun, mempunyai suami dan 3 orang anak, berprofesi sebagai wanita karir, dan juga sangat tertutup dalam hal pakaian! Tertarik? Yuk langsung gas!
--Mengandung kata-kata 21+ yang hanya dapat dikonsumsi oleh kalangan dewasa--
BERDASARKAN KISAH NYATA!
Setelah selesai membuat kisah pengalaman bercinta pertama kalinya dengan seorang yang berumur 40an dan tidak pernah lagi berhubungan badan dengannya, Panji kini mulai berani untuk merayu wanita-wanita yang telah menikah yang datang ke toko nya. Dari banyaknya wanita yang mampir sekedar untuk memakai jasa Panji sebagai tukang fotocopy ada 1 wanita yang masih berusia kepala tiga dan telah memiliki 2 orang anak sering bolak balik ke toko dan mulai sering bercerita dengan Panji. Cerita pun di mulai sejak saat itu.