Story cover for Aku hanya ingin mati saat berhadapan dengan Ayahku by jazmynsteall
Aku hanya ingin mati saat berhadapan dengan Ayahku
  • WpView
    Reads 2
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 1
  • WpView
    Reads 2
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 1
Ongoing, First published Aug 28, 2024
Rumah yang harusnya jadi tempat teraman seorang anak untuk bersandar dan berekspresi. Tidak pernah dirasakan Lia. Sejak kecil ia sudah sering mendapat kekerasan baik secara verbal maupun fisik dari ayahnya. 

Berjalannya waktu, Lia tumbuh dewasa. Tapi tidak ada yang berubah, bahkan Lia sendiri dapat menyimpulkan jika rumahku adalah surgaku dalam Islam, Lia menyatakan sebaliknya. Rumahku nerakaku. 

Bukan tanpa alasan. Perjalanan hidupnya yang ga mudah sejak kecil dan tekanan harapan orang tuanya yang begitu tinggi. Membuat anak ini luka berkali-kali. Tanpa adanya pengobatan profesional  yang dijalani dan tidak ada orang yang bisa dipercaya  untuk sekedar bercerita karena bisa jadi ini adalah aib keluarga, menjadikannya rontang kering merawat dan menjaga diri sendiri bertahun-tahun. 

Kekerasan verbal dan kemarahan ayahnya lah yang membuatnya ingin mati berkali-kali. Andai dia tahu betapa ingin matinya aku saat menghadapinya...
All Rights Reserved
Table of contents

1 part

Sign up to add Aku hanya ingin mati saat berhadapan dengan Ayahku to your library and receive updates
or
#41abusive
Content Guidelines
You may also like
RUMAH KITA by MuktaharaMukhatara
8 parts Complete
Rumah adalah tempat ternyaman dikala, hati dan jiwa kita runtuh. disaat Tenga kita habis untuk dunia ini .di saat kita capek hadapi seluruh dunia ini, rumah tempat ternyaman saat kita pulang tapi, bagaimana kalo rumah itu sendiri .bukan tempat, ternyaman untuk diri kita sendiri. maka seluruh, tubuh kita sudah hancur jikalau rumah yang selama ini tempati , di besarkan, hanya menjadi rumah singgah saja bagi diri kita bukan menjadi rumah kita. itulah yang dirasakan oleh Asyifa Zahra Wijaya di saat usia nya 12 tahun dia sudah merasakan lelah dalam hidup nya . bahkan sampai dewasa pun di Masi sama mengatakan lelah dalam hidup nya. " ya Allah aku menerima dengan takdir yang kujalani saat ini. tapi aku cuma minta satu tolong jangan samakan ,takdir ku ini dengan ,bayi yang ku kandung ini. cukup aku saja" ujar Syifa dalam doa nya " Rumah itu bukan tentang rumah yang dibangun dengan kayu, atau rumah yang dibangun dengan bata ,tapi rumah yang di bangun oleh kedua orang tua .maksudnya, rumah itu seperti orang tua dialah pokok rumah kalian ,atap dan tiang itu bagaikan kedua orang tua, dan anak-anak adalah dinding nya rumah itu , itulah rumah yang sebenarnya " ujar ustadz Yusuf dalam kajian nya __________ TIDAK SEMUA RUMAH ITU ADALAH TEMPAT TERNYAMAN! AISYAH" tegas siyfa dengan nada keras Aisyah hanya terdiam sambil matanya terus menatap siyfa yang tengah bersandar di dinding yang tak henti - hentinya menangis sambil sesekali memukul dadanya . " Aku capek " " Aku capek" " Aku capek" ujar siyfa tiga kali menatap Aisyah dengan mata yang sembab . _______ jangan dilihat ajak yuk baca buat yang merasa keluarga broken home semangat melanjutkan hidup ❗ini bukan tentang kita lemah tapi ini tentang cara melanjutkan hidup kita
LUKA LILY {Revisi} by velvetReading
40 parts Complete
DALAM TAHAP REVISI🚫 Lily lahir dalam kebencian. Ibunya meninggal dunia setelah melahirkannya, membuat ayah dan ketiga kakaknya membencinya sejak ia masih bayi. Di rumah mewah milik keluarganya, Lily hidup seperti bayangan-selalu dimaki, dipukul, dan diperlakukan seperti bukan bagian dari keluarga. Ia hanya boleh makan setelah mereka selesai, tidur di gudang yang dingin, dan naik angkutan umum ke sekolah sementara kakak-kakaknya menikmati kemewahan. Namun, penderitaan Lily tidak berhenti di rumah. Di sekolah, ia menjadi sasaran perundungan, dihina, dan diabaikan seolah-olah ia bukan manusia. Tidak ada seorang pun yang peduli. Tidak ada yang melihat luka yang ia sembunyikan-baik luka di tubuhnya maupun luka yang jauh lebih dalam, di hatinya. Hingga suatu hari, tubuhnya mulai melemah, demam yang tidak kunjung sembuh, dan kelelahan yang terus menghantuinya. Tanpa sepengetahuan siapa pun, Lily mengidap leukemia. Namun, bahkan dalam sakitnya, keluarganya tetap tidak peduli. Mereka bahkan berharap ia segera mati. Sampai akhirnya, Lily menyerah. Ia benar-benar pergi untuk selamanya. Saat itulah, untuk pertama kalinya, rumah itu terasa sepi. Tidak ada lagi suara langkah kecilnya, tidak ada lagi sosok lemah yang selama ini mereka abaikan. Dan saat semua orang mengetahui penyakit yang ia derita, penyesalan pun datang terlambat. Tetapi Lily tidak akan pernah tahu itu-karena dia telah pergi, membawa semua luka dan kesepiannya ke tempat yang lebih tenang. #kematian (1) (10/02/25) #benci (1) (02/04/25) #kepergian (1) (21/02/25)
You may also like
Slide 1 of 9
Full Of Scratches cover
Buah kebencian untuk ayah END (Versi revisi) cover
BROKEN : The secret of life cover
Constellations From The Room cover
ON REMEMBERING cover
CEMARA, NAMUN SEMENTARA  cover
Senja yang mendung cover
RUMAH KITA cover
LUKA LILY {Revisi} cover

Full Of Scratches

20 parts Ongoing

Jangan lupa vote yaaa! 🤗 Karena dukungan kalian begitu berarti buatku!🤗 ________________________________ Takkan pernah terbayangkan sebelumnya jika kehidupan yang digariskan oleh Tuhan ternyata se-pelik ini. Ia bahkan merasa masalah sangat senang menghinggapi dirinya. Ia hanya bisa berharap akan ada secercah cahaya yang membawa harapannya mengudara bersamaan dengan teka-teki dalam hidupnya dapat terpecahkan. * * * "Saya akan pastikan bahwa seluruh anggota keluargamu akan menanggung akibatnya! Saya bersumpah!!" _ "Manusia mana yang tidak takut mati?" _ "Sebelum pergi, aku hanya ingin mengungkap satu hal agar aku bisa pergi dengan tenang. Hal yang membuatku begitu penasaran setengah mati. Tolong izinkan aku ya tuhan... " _ "Aku hanya ingin tahu kebenaran seperti apa dibaliknya, bukan membuka luka lama. Karena bagaimanapun, luka sudah menjadi teman dalam hidupku sejak kejadian itu. Jadi, meski luka lama itu dibuka atau tidak, aku sudah terluka dengan hebat." _ "Terima kasih telah mengajarkan ku apa arti hidup itu. Aku tidak menyesal dan aku bahagia..." * * *