Tsunami Ayu Halimah adalah seorang perempuan yang masih tetap tinggal di rumah orang tuanya padahal usianya sudah 24 tahun. Tidak pernah pacaran, dan terkesan no life karena sepanjang tahun kebanyakan waktunya hanya mendekam di dalam rumah.
Tinggal di negara yang orang-orang nya memiliki rasa ingin mengurusi kehidupan orang lain yang sangat tinggi tentulah membuat Tsunami Ayu Cantika atau biasa dipanggil Nami itu tidak bisa lepas dari omongan tetangga.
Banyak yang memiliki spekulasi tentang dirinya. Banyak fitnah dan rumor yang bahkan dia sendiri pun tidak tahu kalau dia seperti itu. Dan banyak juga komentar-komentar menohok yang dia dapatkan secara langsung dari orang-orang sekitar khususnya keluarga besar dari pihak ayah maupun ibunya karena perkara dia belum juga melepas masa lajang sekaligus karena predikat beban keluarga yang dia dapatkan sebagai julukan.
Sampai suatu hari. Nami mulai merasa muak dengan segala komentar dan pertanyaan yang dia dapatkan.
"Nami, kamu kapan nikah? Di kampung ini yang seumuran sama kamu udah nikah semua lho. Malahan udah ada yang punya anak," tanya Bu Risna, teman dekat Ibunya yang rumahnya berada tidak jauh dari rumah mereka.
"Kalo minggu depan gimana, Tante? kebetulan minggu depan aku ulang tahun jadi biar sekalian dirayain," jawab Nami tersenyum menanggapi pertanyaan Tante Risna.
"Tapi Tante yang harus siapin calonnya ya, bayarin WO nya, bayarin catering nya, siapin undangannya, siapin rumah untuk aku tinggalin setelah nikah nanti, pokoknya semuanya. Aku cuma terima beres. Tugas aku cuma duduk di pelaminan sambil salamin para tamu yang datang. Bisa kan tante? Kalau Tante ngga bisa, Nami melarang keras Tante untuk nanya-nanya soal pernikahan ke Nami," sambung Nami seraya bangkit dari duduknya.
Senyum di wajahnya langsung hilang dan berganti dengan raut kesal.
Dan seminggu kemudian...
NAMI BENAR-BENAR DINIKAHKAN OLEH TANTE RISNA DI HARI ULANG TAHUNNYA.
Seorang wanita muda yang baru merasakan jatuh cinta berusaha mewujudkan cinta yang selama ini diimpi-impikannya. Ia pikir memiliki pacar tampan, mapan, perhatian sudah berhasil diwujudkannya. Namun, tiba-tiba saja dunia terasa berputar. Kenyataan tidak seindah bayangannya selama ini. Diputuskan dan tidak dihargai oleh sang kekasih membuat ia patah hati.
Patah hati sama dengan patah dunia.
"Berdamai? Pers*tan! Buat apa berdamai sama orang br*ngs*k! Yang ada aku makin dianggap gampang. Liat aja! Hidup siapa yang lebih menderita!"