Menikah di usia yang masih terbilang sangat muda jelas bukan bagian dari rencana hidup Mahadri Andaru Vadamerga. Di usianya yang baru menginjak 17 tahun, laki-laki ceria, sedikit berisik, dan punya kehidupan yang cukup mapan ini harus menerima kenyataan pahit, dia akan menikah. Bukan hanya soal usia yang jadi masalah, tapi siapa yang akan menjadi pasangannya-musuh bebuyutannya di sekolah, Fiona Valeska Marcelline.
Fiona, atau yang lebih dikenal sebagai ketua OSIS SMA galaksi, adalah sosok yang galak, tegas, dan terkenal judes. Kepribadiannya yang kaku dan penuh wibawa membuat banyak siswa memilih menjauh darinya. Namun, tidak dengan Andaru, lsatu-satunya orang yang cukup berani untuk terus memicu konflik kecil dengan Fiona di setiap kesempatan. Siapa sangka, setelah semua pertengkaran itu, mereka justru terjebak dalam perjodohan yang tak pernah mereka bayangkan.
"Sorry Fio, gue belum bisa jatuh cinta sama lo. Gue harap lo ngerti." ujar Andaru dengan nada datar, seolah menegaskan batas di antara mereka."
Sama halnya Fiona, perempuan itu menatap nyalang laki-laki itu, "siapa juga yang bakalan jatuh cinta sama lo. Gak akan pernah."
Kini, sepasang yang selalu berseteru di sekolah harus menjalani kehidupan pernikahan yang penuh lika-liku. Pertengkaran, ego, dan perbedaan yang begitu mencolok menjadi tantangan terbesar bagi mereka. Mungkinkah ada celah bagi perasaan yang lebih dalam untuk tumbuh di antara mereka? Atau, akankah pernikahan ini menjadi perang tanpa akhir?.
Satu hal yang pasti, kehidupan Andaru dan Fiona tidak lagi sama sejak mereka diikat dalam janji suci yang terasa seperti lelucon bagi keduanya.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan