Mungkin ini terdengar konyol, menukar masa depanku hanya demi sebuah impian. Tapi keinginan ini tidak bisa kupendam. Sehingga, aku menutup mata dan berjalan tanpa mengingat perjanjian dalam kertas itu. Aku selalu mengingatkan diri untuk melepasnya dan membiarkan dirinya pergi. Sesorang yang selalu ada untukku. Namun, hati kecilku bertanya. Bisakah aku tetap menyimpan perasaan ini karena dia terlalu istimewa untuk kulupakan. Takdir? Apa satu kata ini bisa merubah segalanya. Entahlah, tapi bagaimana mungkin dirinya─seseorang yang masuk dalam hidupku dengan tiba-tiba─membuatku muak dan merasa kecanduan disaat yang bersamaan. Gila! dirinya bahkan selalu menguasai otakku bagaikan virus mematikan. Dan kenyataan ini membuatku mulai memikirkan hal yang tidak pernah terlintas dalam otakku sebelumnya. Apa aku mencintainya? Atau perasaan ini hanya sebuah perasaan semu yang tumbuh karena terbiasa dengannya. Apa aku harus jujur padanya atau manyimpannya sendiri setelah melihat satu kenyataan baru yang cukup menghantamku, antara dia dan dirinya. Shin Jiae