8 parts Complete MatureKonflik antara Devis dan Eveline, yang berawal dari persahabatan kuat dan kini diuji oleh kehadiran orang ketiga, Liam, adalah potret klasik dari cinta yang tersembunyi di balik topeng persahabatan.
Devis, dengan segala ciri khas tsundere dan egoismenya, menunjukkan bentuk posesif yang sangat jelas. Namun, menariknya, posesif ini bukan muncul dari keinginan mengontrol semata, melainkan lebih seperti manifestasi dari ketakutan kehilangan.
Perubahan sikap Devis yang drastis-dari acuh tak acuh menjadi penguntit yang terang-terangan-mengindikasikan bahwa Eveline bukan sekadar teman biasa baginya.
Kata "peduli" yang diucapkannya, meskipun samar dan dingin, adalah retakan pertama pada tembok emosionalnya. Ini adalah Devis yang belum bisa mengenali, apalagi mengakui, perasaannya sendiri.
Ia mungkin melihat Eveline sebagai "miliknya" karena kebiasaan dan kenyamanan yang telah terjalin selama bertahun-tahun, sehingga kehadiran Liam dipandang sebagai ancaman langsung terhadap status quo yang telah ia nikmati.
Di sisi lain, Eveline berada dalam posisi yang membingungkan dan frustrasi. Ia terbiasa dengan Devis yang cuek dan suka digoda, bukan Devis yang tiba-tiba membatasinya. Kebingungannya adalah cerminan dari kegagalan Devis untuk berkomunikasi secara efektif.
Eveline tidak akan memahami alasan di balik posesif Devis karena pria itu sendiri tidak berani menghadapi dan mengungkapkan emosinya. Ia hanya melihat tindakan yang mengekang kebebasannya dan merusak hubungan pertemanannya dengan orang lain.
Meskipun Devis bertekad"merebut kembali"Eveline dengan berbagai cara, termasuk strategi licik dan intimidasi, pendekatan ini justru berisiko memperburuk keadaan.
Alih-alih menarik Eveline kembali, sikap posesif tanpa penjelasan yang jujur bisa membuat gadis itu semakin menjauh dan merasa tercekik. Liam, sebagai katalis, kemungkinan besar akan semakin menarik diri, menghindari drama yang tidak perlu, dan itu akan menciptakan celah yang lebih besar antara Devis dan Eveline.