Pemuda cantik yang menjalani hidupnya dengan tenang dan sederhana tiba-tiba dihadapkan dengan sebuah realitas yang tidak pernah dia bayangkan. Suatu malam, ketika bintang-bintang tampak lebih redup dari biasanya, tujuh sosok misterius muncul di hadapannya, masing-masing mengaku sebagai representasi dari tujuh dosa besar: Kesombongan, Iri Hati, Kemarahan, Kemalasan, Keserakahan, Nafsu, dan Kerakusan. Mereka datang dengan tujuan yang jelas-menggoyahkan ketenangan hidup pemuda itu, menariknya ke dalam dunia mereka yang penuh dengan intrik, godaan, dan keputusasaan.
Namun, pemuda itu tidak sendiri. Tanpa sepengetahuannya, dia memiliki kekuatan istimewa-setiap sifat kebalikan dari dosa besar itu berdiam dalam dirinya. Kebajikan-kebajikan yang tak pernah ia sadari menjadi benteng yang kokoh saat dia menghadapi setiap godaan dan tipu muslihat yang dilancarkan oleh tujuh orang tersebut. Pertarungan batin yang intens terjadi, di mana pemuda itu harus memilih antara tetap teguh pada prinsipnya atau jatuh ke dalam perangkap dosa yang menggoda.
....
"Setiap karya memiliki hak cipta, jadi jangan biasakan diri menjadi seorang peniru. Jika ingin berkarya, berpikirlah sendiri dan jangan asal menjiplak karya orang lain." - Rasojienu_
Diterbitkan pada tahun 2024.
Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput.
"Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah.
"Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin.
'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.