Pada awalnya, aku mengira Grisha adalah sosok yang sama dengan adik kelasku yang terkenal sebagai pembully, hanya karena kesamaan nama. Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari bahwa dia adalah jembatan yang menghubungkan dunia yang berbeda, bukan musuh yang kuanggap sebelumnya.
Persahabatan kami berkembang dengan lembut seperti bunga yang mekar setelah musim dingin. Dari kebingungan awal yang penuh ketidakpastian, kami menjadi sahabat sejati. Namun, semakin dekat kami, aku mulai merasakan benih-benih cinta yang tumbuh di dalam hatiku, seperti matahari yang perlahan menerangi kegelapan malam.
Tapi, kenyataan menggigit seperti angin dingin di malam hari, Grisha sudah memiliki pacar. Perasaan ini, meski tulus, harus kuanggap sebagai arus yang mengalir dalam sungai yang tak bisa kuubah. Aku berusaha keras untuk menghapus perasaan ini, berdoa pada waktu agar menyembuhkan luka hati dan membantuku menemukan jalan baru menuju kebahagiaan.