Dalam game melarikan diri, hanya saya yang bisa memanggil monster

Pria senior itu menatap mobil itu dengan mata dingin.
Kualitas pendatang baru kali ini kurang bagus. Mereka adalah sepasang kekasih yang lewat, pekerja kantoran yang pengecut, dan ada seorang paman yang terlihat cukup baik
.
Dia adalah seorang siswi, duduk sendirian di kursi kereta, tidak cocok dengan pendatang baru yang ketakutan dan panik di sekitarnya.
Sejak dia bangun, dia merokok satu demi satu.
Asap putih dihembuskan, menutupi wajahnya. Saat asapnya menghilang, wajahnya begitu cantik hingga nyaris tampak seperti hantu.
Dan dia tidak peduli dengan pandangan orang lain, dan terus mengembuskan asap dengan santai.
Dia benar-benar gadis cantik, pikir sang veteran, tapi dia tidak bisa melihat situasinya dengan jelas. Kecantikan adalah hal terakhir yang dibutuhkan dalam game ini.
Ah, paman itu berjalan ke arahnya, dan dia sepertinya tertarik padanya, sehingga dia bisa memanfaatkannya untuk memenangkan hati orang.
Berpikir seperti ini, beberapa detik kemudian saya mendengar teriakan - dari seorang pria paruh baya.
Siswa perempuan itu masih duduk di kursinya, matanya tertunduk, dan ujung rokok yang terbakar menempel di punggung tangan laki-laki itu.
"Maafkan aku." Dia berbicara dengan lembut dan tiba-tiba bersikap sopan, "tapi aku tidak suka orang lain menyentuhku."
Saat dia mengatakan ini, dia memutar pergelangan tangannya dan menempelkan puntung rokok dengan hati-hati pada pria itu.
Tentu saja pria itu jauh lebih unggul darinya dalam hal ukuran dan kekuatan, tapi saat ini seluruh tubuh bagian bawahnya terbungkus dalam bayangan hitam, dan setiap kali dia mencoba bergerak, bayangan itu semakin menegang tanpa ampun. Veteran itu mendengar suara retakan tulang.
Merasakan tatapannya, gadis itu mengangkat kepalanya dan tersenyum padanya.
Sudut mulutnya tersenyum, tapi tidak ada kehangatan di matanya - hanya sepotong kegelapan yang tidak bisa dihilangkan.