[Story 6]
Bagaimana rasanya menjadi seorang istri, Saraswati Hardana?
Pertanyaan hidup tidak ada habisnya.
Hidup sebagai anak tunggal selama tiga puluh tahun, situasi memaksaku untuk mandiri, menahan ego dan selalu berbagi. Lalu, aku jatuh cinta dan menikah, dengan lelaki dimana aku bisa sangat egosi dengannya. Rasanya, menghabiskan kesendirianku bersamanya bukan hal buruk.
Nyatanya, ini tidak hanya tentangku dan suamiku. Karlino Adam Witya. Jatuh cinta juga menyusahkan. Kadang, mandiri dan hidup sendiri terdengar lebih bebas di telingaku. Tapi di telinga Mamaku, itu mengerikan. Tidak bisa membayangkan anak tunggalnya hidup sendiri menjadi perawan tua.
Lalu, apakah dia buruk padaku?
Tidak sama sekali. Terlampau baik untukku.
Kalimat pujian yang kuterima.
Pelukan yang selalu diberikan.
Waktu yang ia sisakan.
Juga, penolakan halusnya.
Seperti katanya, "buat apa membelikan aku, jas aku banyak, sepatu juga masih bagus, itu di lem masih bisa dipakai, nanti beli kalau udah bener-bener rusak."
Padahal aku berikan sebagai terima kasih dan perayaan naik gaji.
Lalu, ia akan menambahi "Ya sudah, uangnya untuk beli kesukaan kamu aja."
Dia yang lebih mementingkan diriku daripada dirinya.
Terasa sangat membebaniku dan membuatku serakah.
Danu tidak pernah terbayangkan kalau dia bercerai dari Minda tapi memang jalan hidup tidak pernah bisa ditebak. Minda lebih memilih karuer ketimbang dirinya dan putri kecil mereka, Marieska yang baru berumur empat tahun.
Meskipun sudah menjadi single father selama setahun tetap saja Danu kesulitan menyeimbangkan antara karier dan kehidupan pribadinya. Dia berusaha menjalankan bisnis sambil mengasuh Marieska seorang diri.
Siang ini Danu menjemput Marieska di sekolah TK setelah Danu selesai meeting dari pagi sampai siang. Marieska terlihat berjalan riang digandeng seorang perempuan muda tanpa seragam.
Sekolah sudah sepi karena memang Danu terlambat menjemput anaknya.
"Selamat siang, Pak Danu. Saya Firda trainee Guru kelas Marieska." Kata perempuan muda dalam balutan dress putih bunga-bunga pink.
"Halo, salam kenal." Kata Danu.
"Bapak.. Pak Danu baik-baik saja?" Tanya Firda.
"Papi keringat dingin. Papi.. Are you hungry?, " Tanya Marieska.
"Papi cuma lapar nanti kalau sudah makan, papi kuat lagi." Kata Danu gemetar.
"Kantin sudah tutup dan bekal Marieska juga habis. Jadi papi tidak bisa makan dan minum. Tapi Miss Firda punya susu, papi bisa nenen." Kata Marieska.
Firda kaget dengan ucapan Marieska tapi memang bocah itu berkata jujur. Danu berfikir seandainya dia memaksakan menyetir mobil dengan kondisinya sekarang itu juga berbahaya.
"Pak.. Pak Danu.. " Kata Firda.
"Cepat susui papi, Miss. Nanti papi keburu pingsan." Kata Marieska.