Pada 3400SM, sebuah inovasi lahir-aksara kuneiform-sebuah bentuk tulisan yang diyakini akan mengubah dunia. Namun, di tengah kemajuan ini, tersembunyi kekuatan yang tak terduga: kekuatan untuk mengubah nasib, membentuk hukum, dan bahkan memanipulasi sejarah.
Enlil, seorang pemuda cerdas yang berasal dari keluarga biasa, menyadari potensi besar yang dimiliki oleh tulisan ini. Di bawah bimbingan mentornya, Nanshe, ahli tulis yang dihormati, Enlil mulai mengembangkan aksara kuneiform untuk membantu perdagangan dan hukum. Ia bermimpi bahwa tulisan bisa menjadi alat untuk membawa keadilan dan kemakmuran bagi semua orang.
Namun, impian itu segera terancam ketika Ur-Nammu, seorang bangsawan ambisius, melihat tulisan sebagai alat kekuasaan. Ia menggunakan aksara untuk mencatat hukum-hukum palsu, mengontrol rakyat, dan memperkaya dirinya sendiri. Bagi Ur-Nammu, aksara adalah senjata yang bisa menghancurkan musuhnya tanpa perlu peperangan.
Di sisi lain, Iltani, seorang pemimpin suku nomaden, memperingatkan Enlil bahwa tulisan ini adalah kutukan. Bagi suku-sukunya, menuliskan nama seseorang berarti mengikat roh mereka pada dunia fisik, menghancurkan keseimbangan spiritual dan menyebabkan kesengsaraan. Iltani memimpin kelompoknya untuk menghentikan apa yang mereka sebut sebagai "penyihir aksara" sebelum kekuatan tulisan itu merusak alam dan jiwa manusia.
Sementara Enlil berada di persimpangan jalan, ia menemukan bahwa aksara kuneiform bukan sekadar alat untuk mencatat sejarah, tetapi juga memiliki kekuatan untuk mengubah nasib. Ia terjebak di antara dua kekuatan besar: suku-suku yang percaya tulisan sebagai kutukan dan Ur-Nammu yang ingin memanfaatkannya untuk kekuasaan pribadi. Saat konspirasi dan pertarungan memuncak, Enlil harus memutuskan apakah akan terus mengembangkan aksara atau menghentikannya sebelum peradaban itu sendiri hancur oleh simbol-simbol yang mereka ciptakan.
Li Xiang is the Priestess of the Moon, she can see read the stars and fortune as well as misfortune to her people. However, the life of a Priestess consists of nothing but loneliness: she can neither leave the palace nor meet with anyone but the Emperor and his advisors.
One day a mysterious servant boy named Rui sneaks into her room, daring her to go outside if he wins against her in a game. Upon meeting him, she also befriends a female warrior and a scholar, and realizes life is much more than the palace. When the day comes she can either choose to go down the road her heart truly desires but bring ruin to the kingdom, or ignore the one chance she will ever have to leave this life?
***
"My fate has been decided for me."
"There's no such thing as that," he said. "We all make our own fate."
"But the stars tell me--" I stopped talking when he holds my face in his hands, warm hands cupping my cheeks, brown eyes looking into my eyes.
"Then stop looking at the stars. Look at me."
A love story about fate, finding one's identity, stepping out of your comfort zone, and, most of all, choosing between your happiness or the happiness of others...
[[Word Count: 80,000-90,000]]
Wattys Fantasy Winner 2021