Toko Merah [END]
  • LECTURES 30,607
  • Votes 4,314
  • Parties 53
  • LECTURES 30,607
  • Votes 4,314
  • Parties 53
En cours d'écriture, Publié initialement sept. 14, 2024
Ronald tiba-tiba tertarik dengan nenek moyang keluarganya, karena ada cerita tentang harta keluarga yang masih tersembunyi. Konon kakek dari kakeknya adalah orang yang sangat kaya.

Sampai Ronald menemukan sebuah tulisan tanpa makna dari kakeknya. Dia dibantu seorang perempuan yang suka bermain rubik bernama Aliya. Perempuan yang bekerja di Kantor Pos.  Akankah Ronald mendapatkan harta karun itu? Atau dia malah menemukan harta yang lainnya?

Cerita dengan latar zaman kolonial yang berkaitan dengan latar masa kini.
Ceritanya fiksi, tapi kolonialismenya nyata.
Tous Droits Réservés
Table des matières
Inscrivez-vous pour ajouter Toko Merah [END] à votre bibliothèque et recevoir les mises à jour
ou
#79historicalfiction
Directives de Contenu
Vous aimerez aussi
Vous aimerez aussi
Slide 1 of 10
SABDA TITAH (selesai) cover
Hidden Rhythm cover
Soulmate• S&R cover
Istri Sang Juragan (21+) cover
Tak ada ujungnya (end)  cover
Tuan Muda dan Sekretarisnya cover
AGE GAP - in another universe cover
Second Best [ RONY X SALMA ] cover
Keluarga Bebas (Dark Side) cover
Rahasia Rahardja cover

SABDA TITAH (selesai)

47 chapitres Terminé

Aku, Titah Cinta. Panggung demi panggung adalah duniaku, penuh tantangan yang harus kuhadapi tanpa ragu. Sebagai penyanyi aku terbiasa berdiri dengan penuh keberanian dan kepercayaan diri di bawah sorot lampu. Aku juga terlatih menghadapi banyak tatapan memuja yang membuatku selalu berusaha jadi sosok sempurna. Untuk itu, aku punya seseorang yang selalu membantu. Dia, Sabda Rindu, manajerku yang tujuh tahun lebih tua. Sabda selalu hadir dengan pandangan hidup yang berbeda, penuh rencana dan perhitungan yang terstruktur. Kata-katanya yang tegas anehnya bisa menenangkanku. Dia adalah kompas dalam hidupku, penunjuk arah yang membuatku teguh melangkah. Dan tanpa kusadari, aku mulai terpikat oleh caranya melihat dunia. Namun, perasaan ini membuatku bingung. Haruskah aku memperjuangkannya, meskipun aku tahu risikonya besar? Ataukah aku harus membunuh perasaan ini sebelum tumbuh lebih dalam? Sementara itu, Sabda malah memilih mengejar mimpi idealisnya. Ia pergi, meninggalkanku di persimpangan yang penuh kebimbangan, antara cinta dan profesionalisme. Saat cinta dan ambisi saling bertabrakan, aku hanya bisa bertanya-tanya, bisakah aku dan Sabda menemukan jalan untuk bersama? Ataukah kami harus menerima kenyataan bahwa terkadang, hidup membawa kami ke arah yang berbeda?