Deskripsi:
"Senja di Antara Kita" adalah cerita cinta antara dua mahasiswa yang bertemu secara tak sengaja di sebuah coffee shop. Kisah mereka dimulai dari percakapan ringan yang berkembang menjadi hubungan yang lebih dalam dan intim. Dengan latar kehidupan anak muda di kota besar, cerita ini mengisahkan bagaimana perasaan dan hasrat yang tumbuh di antara mereka membawa hubungan tersebut ke arah yang lebih rumit. Melalui dinamika antara kebersamaan, cinta, dan keinginan, mereka mengeksplorasi batasan-batasan emosional dan fisik, yang pada akhirnya membuat keduanya bertanya-tanya apakah hubungan ini hanya sesaat atau sesuatu yang lebih bermakna.
Prolog:
Ada sesuatu yang magis tentang senja-warna-warninya yang memeluk langit, mengaburkan batas antara siang dan malam. Aku selalu merasa ada ketenangan dalam transisi itu. Tapi sejak pertemuan pertamaku dengannya, senja tak lagi sekadar transisi biasa. Setiap warna jingga di langit, setiap siluet matahari yang perlahan tenggelam, mengingatkanku pada bagaimana semuanya dimulai: di sebuah coffee shop kecil, di antara aroma kopi dan hiruk pikuk obrolan ringan.
Waktu itu, aku hanya mahasiswa biasa yang terjebak dalam rutinitas tugas dan kelas, hingga akhirnya satu senyuman dari seorang asing mengubah segalanya. Tak ada yang menduga bagaimana obrolan kecil bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam-sesuatu yang sulit dijelaskan, tapi nyata terasa. Mungkin senja itu benar-benar istimewa, karena dari situlah kisah kami dimulai. Kalian tahu, tak ada yang lebih indah sekaligus berbahaya daripada perasaan yang tumbuh di tengah pertemuan yang tak direncanakan.
Dan seperti senja, hubungan ini akan menghadirkan banyak warna, tapi juga menyimpan misteri di baliknya.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan