TWINKLING BROTHER

Orang-orang selalu bilang bahwa tak ada yang lebih dekat dengan kita melainkan keluarga sendiri karena darah akan jauh lebih kental di banding air.

Dalam keluarga tentunya ada peran yang di miliki oleh setiap anggota nya, peran ayah yang seharusnya menjadi panutan dan sebagai pemimpin dalam sebuah keluarga justru menelantarkan anak beserta istri nya dalam kesepian dan penyesalan.

Seorang istri yang seharusnya hidup dengan di kelilingi cinta oleh dari suami dan anak nya justru hidup dalam rasa ketakutan, yang justru menjadikan dirinya menjadi sosok yang berbeda, sosok ibu yang seharusnya menjadi pendukung dan pemberi arah untuk anaknya justru ibu itulah yang membuat anaknya sulit mengekspresikan dirinya sendiri.

Anak pertama atau yang biasa di sebut dengan julukan si sulung, selalu di tuntut untuk menjadi contoh serta motivasi bagi adik-adiknya sehingga terkadang membuat si sulung merasa bertanggung jawab atas setiap langkah kesalahan yang di lakukan oleh sang adik.

Anak terakhir atau sering kali di panggil dengan si bungsu, semua orang beranggapan bahwa menjadi anak bungsu adalah hal menyenangkan. Namun, manusia tak akan mengerti jika tak merasakannya, bukan? Anak bungsu merupakan harapan terakhir dalam keluarga, semua beban yang tersisa akan dilimpahkan kepada dirinya dan jika gagal? Akan banyak orang yang kecewa dan pupus harapan.

Yang paling menyedihkan menjadi anak tengah, bukan berarti beban anak pertama dan terakhir itu sederhana namun, beban yang di tanggung oleh anak kedua tak kalah sulitnya, di saat sang kakaknya berhasil, anak tengah akan di pertanyakan pencapaian nya, di saat si bungsu jauh lebih unggul di banding anak tengah, ia kembali akan di pertanyakan tentang sosoknya yang mengambil peran kakak.

Sekali lagi, ini yang dinamakan keluarga, tak semua keluarga memiliki latar indah nan damai, ada yang rusak dan berantakan, ada yang terlihat baik-baik saja, tetapi menyimpan ribuan masalah.