Story cover for Rumah Tak Ramah by DestaAchta
Rumah Tak Ramah
  • WpView
    Reads 254
  • WpVote
    Votes 155
  • WpPart
    Parts 8
  • WpView
    Reads 254
  • WpVote
    Votes 155
  • WpPart
    Parts 8
Ongoing, First published Sep 24, 2024
Lahir dalam keluarga yang harmonis, bukan berarti akan terus selalu merasakannya, ada kalanya kita merasakan ketidaksempurnaan dari keluarga itu, tapi mau tidak mau kita harus mengerti akan kekurangan itu.

Tak lama selang kematian ayah gua karena kecelakaan, dunia rasanya hancur, warna-warna di dunia pun ikut silih berganti menjadi hitam putih.

Butuh waktu lama buat mengikhlaskan kepergiannya, dan akhirnya gua memutuskan untuk liburan ke New York. New York, adalah kota paling indah yang pernah gua kunjungi, kota dengan julukan "Big Apple" itu menjadikan kisah baru dalam kehidupan gua yang runyam.

Tapi sayangnya, Kebohongan kabar kalo ayah meninggal di Los Angeles terungkap, dan New York menjadi saksi bisu dalam kejadian buruk itu.
All Rights Reserved
Sign up to add Rumah Tak Ramah to your library and receive updates
or
#21selfimprovment
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Being a Good Papa cover
Extra Character of Novel cover
Flutterby cover
A R S E A N A cover
Senja yang mendung cover
Should be Remember  cover
꒰ ALEA ✔ ꒱ cover
Depression cover
Broken Home cover
Rusak (TAMAT) cover

Being a Good Papa

18 parts Ongoing

Apa penyesalan dalam hidup yang pernah kalian alami? Kalau Arthan ditanya seperti itu, maka dia akan menjawab ; Menjadi pria yang tidak berguna, sekaligus ayah yang gagal. Setidaknya Arthan ingin sekali dalam hidupnya, dia melakukan hal-hal yang membuat keluarganya bahagia. Namun, hidup yang hanya sekali itu, dia habiskan untuk hal-hal yang sesat. Berjudi, mengabaikan anaknya setelah ditinggal mati oleh istri, dan terlilit hutang hingga rentenir terus berdatangan. Lantas, pada malam dia dikejar oleh rentenir dan anaknya, Alberix, disandera oleh rentenir, Arthan tertabrak truk dan tubuhnya terhempas begitu saja di aspal, hingga aspal itu digenangi oleh darahnya yang menyebar kemana-mana. Malam dimana penyesalan terus berdatangan. Lalu, dengan begitu saja, Arthan menutup mata dengan perasaan bersalah yang menumpuk di dalam dada. Hingga ketika ia membuka mata, bukan alam Barzah lah yang ia lihat, tetapi wajah anaknya yang datar saat sedang melakukan sarapan bersama. Arthan spontan menyeletuk, "Alberuk?" Alberix langsung bombastic side eyes. "Alberix, pa. Not Alberuk, apalagi beruk."