"Mereka sama tapi beda." Xabiru menatap lurus mahasiswi baru yang dimana masuk ke fakultas teknik dan juga satu kelas dengannya, sebenarnya Xabiru bukan orang yang gampang tertarik dengan sesuatu. Tapi gadis ini membuatnya serasa ingin mati sekarang juga, bukan tanpa alasan. Wajahnya begitu mirip dengan almarhum sang Ibu, ditambah rambut keduanya yang sama-sama berwarna merah menyala membuat keduanya bak pinang dibelah 2. Kecelakaan 5 tahun silam benar-benar membuat dirinya seolah beku, hancur tidak bersisa. Ia kehilangan sebagian hidupnya, Ibu yang ia sayangi justru pergi dan tidak bisa kembali lagi. Meskipun paras keduanya mirip, kepribadian keduanya justru bertolak belakang. Jika sang ibu adalah sosok yang murah senyum, gampang berbaur, suka ramah dengan orang-orang disekitarnya. Maka berbeda dengan Ghea, gadis itu arogan, angkuh, suka sekali terpancing emosi, ia tidak suka keramaian dan sering berbicara dengan nada sarkas. Mata sipit gadis itu membuat Xabiru merasakan debaran lagi setelah 5 tahun lamanya hatinya membeku karena kehilangan, kehadiran Ghea benar-benar membuat Xabiru bisa merasakan arti kehidupan lagi seperti dulu ketika sang Ibu masih ada. "Lo suka sama dia, Bir? Gue denger-denger dia sama Elang anak fakultas sastra pacaran udah lama katanya." Jian menepuk bahu Xabiru pelan, ia melirik ke arah Ghea yang duduk dekat pojok kanan kelas. "Gue pikir tipe lo kayak Regina, ternyata Ghea? Gue ga nyebut dia buruk tapi... Lo tau kan cewek itu penuh rumor, nama dia dikampus ini sering trending karena sering berulah." Xabiru menghela nafas lelah, ia menoleh tatkala Ghea berjalan acuh keluar dari kelas. "Gue gak tertarik, tapi dia itu mirip banget sama Mama. Mereka tuh banyak perbedaan, tapi gue bisa liat sosok nyokap di diri Ghea. She's not my type, tapi cewek itu seolah punya magnet yang bikin gue jadi mau lebih tau siapa dia sebenernya."
1 part