Apa jadinya jika hanya aku yang tersisa? Jika hanya aku yang hidup sementara semua yang lain hancur? Mampukah aku bertahan di tengah bayang-bayang kehancuran ini? Atau justru semakin tenggelam dalam kekacauan yang tak terelakkan? Aku tahu. Dari awal, aku tahu siapa yang menjadi dalang semua ini. Aku tahu siapa yang telah merenggut segalanya dariku, menghancurkan seluruh hidupku seolah tak berarti. Tapi, aku terlalu takut. Terlalu lemah. Siapa yang akan mempercayai ucapanku? Siapa yang akan berdiri di sampingku melawan dia? Kekuatan. Aku butuh kekuatan. Lebih dari sekadar keberanian, lebih dari sekadar keinginan balas dendam. Aku membutuhkan kekuatan yang bisa menghancurkan, seperti yang dia lakukan padaku. Moon Bi. Aku menantikan kehancuranmu. Sama seperti caramu menghancurkan hidupku, aku akan mengambil segalanya darimu. Setiap mimpi, setiap harapan yang pernah kau genggam akan kubalikkan menjadi mimpi buruk. Kau akan merasakan penderitaan yang sama. Bahkan lebih dari itu. "Jasadmu... sungguh menyedihkan." Kata-kata itu terlintas di pikiranku, tapi tidak ada yang mendengarnya. Aku berdiri di tengah puing-puing, di atas hamparan mayat yang perlahan-lahan memudar menjadi debu. Tubuh mereka mengering, menghilang ke udara seperti kenangan yang terhapus. Setiap jiwa yang hancur menjadi saksi bisu dari kehancuran yang semakin mendekat. Aku menatap ke bawah, pada jasad-jasad yang tak lagi berarti. Pada kehidupan yang tak lagi memiliki makna. Aku merasakan sesuatu di dalam diriku retak, sesuatu yang tak bisa dipulihkan. Dan pada akhirnya, aku memilih untuk menghilang juga. Aku membunuh diriku sendiri-bukan secara fisik, tapi perlahan, membiarkan semua jejakku terhapus. Biarlah dunia melupakan bahwa aku pernah ada. Biarlah jejakku menghilang bersama debu, terbang menuju udara yang lebih bersih, lebih damai. Tapi aku berharap... semoga tak ada jejak yang tertinggal.
5 parts