Hukum yang menjadi dasar peradilan seharusnya termaktub dalam setiap jiwa yang menyangga keadilannya. Jiwa hukum yang mengembara patut menjadi penegak yang bersifat adil dan subjektif. Tapi, jika jiwa-jiwa pengadil dan pembela mengelabui rakyat jelata untuk keuntungan semata dan tidak menyandang asas-asas suci Dewi Iūstitita, untuk apa mereka berpegang diri pada keadilan yang semu? Novel inilah yang akan menceritakan hasil dari pengelabuan otak-otak terpelajar yang tidak memiliki kepatuhan pada kuasa tertinggi, pada asas tertinggi, dan pada Dewi termurni. PSEUDO-IŪSTITIA | KEADILAN YANG SEMU