Di balik jendela kamarnya yang sunyi, Laura menatap keluar, matanya menerawang jauh melewati kelam malam. Di usia yang masih muda, ia telah merasakan pahitnya kehilangan seorang ibu, kehilangan yang tak hanya meninggalkan luka di hatinya, tetapi juga memecah kehangatan dalam keluarganya. Setelah kepergian ibunya, ayahnya menjauh, menjadi sosok dingin yang lebih sering tenggelam dalam bayang-bayang masa lalu, dan tidak lagi menyayanginya. Namun, Laura tak sendiri. Ada Farel, kakak yang selalu mencoba menjadi pengganti kehangatan yang hilang, dan Nita, adik kecil yang dengan polosnya tetap memberi harapan di tengah kesedihan.
Bersama mereka, Laura berusaha menata hati, merajut kembali kepingan-kepingan yang hancur. Tapi kebahagiaan itu terasa semu ketika kenyataan lain datang menghantamnya. Di usia 17 tahun, saat mimpi-mimpi indah seharusnya menghiasi langkahnya, Laura justru harus menerima vonis yang menghancurkan: kanker otak. Dua kata itu seperti bom yang meledakkan semua harapan yang tersisa. Sakitnya terasa dalam, menghantam jiwa dan raganya, tetapi Laura tak ingin membebani orang-orang yang ia cintai.
DON'T COPY MY STORY.
FOLLOW SEBELUM BACA, YA.
BANYAK HAL TOXIC, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA! [17+]
****
Kedatangan Characella kembali ke kota kelahiran semula adalah suatu kebahagian bagi gadis itu, karena pada akhirnya ia bisa bebas dari sifat protektif sang mama sekaligus ingin move on dari seseorang yang telah membuatnya terjebak dalam sebuah hubungan tanpa status.
Namun sepertinya ekspetasi Cella berlebihan. Di hari pertama ia kembali ke kota dan memasuki sma gadangga ia malah dipertemukan kembali dengan sosok lelaki yang terkenal berengsek di SMA gadangga yang ternyata adalah mantannya semasa smp.
Dia Dargael. Dargael Deimon.
Cella berpikir hubungannya dengan Dargael di masa lalu hanya akan menjadi sebatas cinta monyet dan akan berlalu begitu saja, tapi kenyataannya gadis itu salah besar.
Dargael, lelaki itu pada dasarnya masih menginginkan Cella.
****
PICT FROM PIN.