"lo nerima perjodohan ini, sa?" Nakala duduk di samping Saka, ikut mengeluarkan sebatang rokok ber merk soempurna itu lalu kemudian menghisapnya, sesekali menatap Saka memberikan jawaban. Saka yang mendengar hanya mengangguk, sembari menghisap kembali rokok yang bersandar di sela sela jari nya. "gua nerima ini demi bunda, la" ucapnya lalu melirik nakala. Ketika mata mereka saling bertautan, Nakala dengan reflek menoleh ke arah lain, Nakala tidak kuat jika harus terus terusan menatap manik mata indah yang dimiliki Sakala itu, berwarna biru laut. "Sa, jujur. gue gasuka jodoh-jodoh an kaya gini, terlalu kuno ga sih buat kita?" lagi, setiap kata yang di keluarkan dari mulut Nakala, ia merasa rokok yang ia hisap semakin manis. Sakala hanya menatap Nakala, menatap manik mata hitam legam itu, tidak menjawab apapun. "yaa, mau gimana lagi, udah takdir" ucapnya lalu berdiri, melenggang pergi meninggalkan Nakala sembari membuang puntung rokok miliknya.All Rights Reserved
1 part