Anja sadar, ia merasakan tangan Richad meremas bokongnya, dan kedua tangan itu mengangkat tubuhnya. Namun saat sedang membuka kaki tapi usaha itu dihalangi desain rok pensil super ketat berbahan spandek yang ia kenakan.
Richad lalu melepaskan ciumannya, lalu menatap rok yang dikenakan Anja, "Kamu kenapa sih pakai rok!" ucap Richad perotes, karena rok ini lah yang membuatnya frustasi, ia memandang bibir Anja yang sedikit bengkak karena dihisap olehnya.
Anja mengedipkan mata, ia berusaha memfokuskan diri, karena di dalam pikirannya saat ini dipenuhi oleh ciuman brutal dari Richad. Ia sebenarnya tidak ingin Richad menghentikannya,
"Karena rok ini membuat saya terlihat lebih menarik."
"Ya, mungkin bagi kamu menarik, tapi buat saya tidak," ucap Richad protes, bagaimana bisa Anja menggunakan rok sesempit itu.
"Why?"
Tentang sebuah rasa yang seharusnya tidak pernah Jira pupuk dalam hatinya. Rasa cinta akan seseorang yang selama ini tidak pernah melihat ke arahnya, memikirkan Jira sebagai seorang perempuan yang sangat ingin 'ia' perjuangkan.
Ya. Salah Jira memang, karena dia terlalu berharap. Padahal lensanya sudah sering melihat bagaimana sang laki-laki hanya menatap dia sebagai sahabat. Biar ku pertegas. Hanya seorang sahabat.
Tapi apa mau dikata jika hati sudah terlanjur cinta? Haruskah Jira menyerah pada kisah cintanya?
Maukah Jira mencari laki-laki baru yang bisa melihatnya sebagai seorang gadis seperti itu? Gadis yang pantas untuk dicinta dan diperjuangkan sampai akhir masa?
Apakah dia bisa? Mengubah lensa yang tadi sudah buram karena air mata, menjadi bersih kembali tanpa noda?
Adapun cerita ini berfokus pada tokoh Han Jira. Ceritanya lebih singkat dari cerita lain yang pernah dibuat. Selamat membaca, semoga kalian suka 🍁