Adam Malik semasa hidupnya memiliki teman pena dengan seorang misionaris bernama Jann Kruyt. Jann Kruyt sebagai orang yang selalu kuatir tentang hidup dan memberi nasihat pada Adam Malik pada saat ia remaja sampai masa purnabaktinya. Hubungan mereka berdua sebagai teman pena yang tidak selalu mulus. Namun, mereka tetap menyisakan waktu untuk membaca, membalas surat masing - masing, berbahagia dan bersedih bersama melalui perantara surat. "Anak lugu itu menjadi sayap kiri hanya karena dokumen Tan Malaka? Dan bagaimana ia dapat menjadi sosok tokoh pahlawan di masa reformasi? Tak percaya aku akan tingkah nya itu, sok jadi dewasa, padahal hanya anak kecil dalam dirinya. Ia memang anak Ajaib, lincah bagai kancil, cerdas bagai elang, tapi di satu sisi ia licik bagai ular. Tapi ia anak kebanggaanku, meskipun beberapa kali ia merepotkanku. Surat menyurat mulai susah karena factor usia, tapi semangatku tak akan padam, karena Adam Malik lah yang menjadi teman penaku." "Orang baik mana yang mau berada di sebagian besar kisah hidupku, mengasuh dan khawatir akan keadaan ku? Bahkan dia bukan bapak kandungku, ayah kandung ku saja tak seperhatian ini pada ku. Siapa sangka, seorang misionaris sangat memperhatikan ku. Latar belakang berbeda tak berarti bagi kami, berbagi cerita satu sama yang lain adalah hal yang sangat menyenangkan di dalam hidup ku. Banyak yang tersesali saat remaja, ternyata bapa memang satu-satunya yang dapat mengertikanku."All Rights Reserved
1 parte