Mereka bilang kehilangan adalah bagian dari hidup. Lantas perlu ku sebut kehilangan itu kebetulan atau takdir? *** Naya pernah kehilangan. Usianya sudah masuk fase banyak ingin tahu ketika menyadari ia telah kehilangan sosok ayah. Mereka bilang, ayah dan ibu berpisah ketika Naya masih merah. Waktu itu Naya kecil tidak terlalu larut dalam pilu. Toh, dia tidak bisa mendeskripsikan rasa sakit akibat kehilangan sosok yang tidak pernah ia rindukan. Tetapi malam itu berbeda. Naya sedang berdiri sabar di seberang halte biasa tempat bus selalu menurunkan ibunya selepas bekerja. Ia pikir mereka akan segera pulang, kemudian menikmati kesederhanaan di rumah mereka. Ia pikir malam ini akan seperti malam-malam biasanya, mereka berdua pulang dengan keadaan lelah dan saling menghibur sepanjang jalan. Naas, pemandangan itu harus ia saksikan tepat di depan matanya begitu bus menurunkan ibu dan meninggalkan pemberhentian. Sebuah mobil mewah yang Naya tidak peduli apa merknya menghantam tubuh ibu yang sedang dalam usaha menyeberang jalan untuk memeluknya seperti biasa. Berdebum menghantam bagian depan mobil, kemudian jatuh menggelepar di aspal. Dan bodohnya Naya hanya mematung diam, bahkan ketika kaca jendela mobil sedikit terbukapun Naya tetap diam. Hal itu akan menjadi penyelasan seumur hidup. Karena faktanya, pengemudi itu tidak pernah turun dari mobilnya. Kaca yang sedikit terbuka itu segera tertutup. Mobil yang tadinya berhenti segera melaju lebih kencang dari sebelumnya, meninggalkan ia dikelam malam dengan pemandangan paling menyakitkan yang pernah ia lihat sepanjang 23 tahun usianya. Bagaimana ini? Naya kembali kehilangan. Tetapi kali ini ia berhasil merasakan sakitnya.