"ingat!, ini hanya perjodohan, saya tidak akan cinta sama kamu!" terlintas jelas didalam benak keisyha saat kata-kata itu keluar dari mulut seorang regan yang tak lain adalah sang suami yang saat ini ada dalam dekapannya.
Nyaman, itulah yang regan rasakan saat ini. Tak pernah terbayangkan baginya seseorang yang menurutnya menyebalkan kini menjadi orang yang paling ia cintai. Tetapi keisyha yang menyebalkan akan tetap menyebalkan, karena tanpa regan sadari keisyha telah memikirkan sesuatu yang menurutnya itulah satu-satunya cara untuk membuat regan kesal dan berujung melepaskannya.
Hari ini memang hari minggu, weekend untuk regan tetapi tidak untuk keisyha yang sangat membenci hari minggu karena ia akan dikurung seharian didalam kamar, ulah siapa lagi jika bukan sang suami-regan.
"mas kamu ngga cape apa peluk keisyha terus?" ucap keisyha yang tak dihiraukan oleh regan, sedang si empu merasa kesal karena tak mendapat respon apapun.
Keisyha pun kembali berucap.
"dulu ngomongnya"
jeda tiga detik.
"ingat!, ini hanya perjodohan, saya tidak akan cinta sama kamu" sambil menirukan gaya bicara seorang regan. Tapi lagi dan lagi regan tetap tak meresponnya keisyha pun semakin kesal.
"mas!, keisyha capek tau, bosen juga, kenapa si kalo weekend mas regan kurung keisyha mulu, keisyha kan juga mau main-main keluar sama te- "
Cup
Keisyha mematung seketika mendapat serangan yang tiba-tiba dari regan, dan entah sejak kapan regan telah mengukungnya, sungguh respon yang sangat tak terduga oleh keisyha.
"nafas sayangg" ucap regan lembut.
Blushh, dengan segera keisyha menutup wajahnya yang ia yakin saat ini sudah sama merahnya dengan kepiting rebus.
"kenapa ditutup hm?" ucapnya lagi.
"mas ih! ngga seruu"
"makanya dibuka dulu matanya sayangg" keisyha pun menuruti ucapan regan.
"katanya mau main, main sama mas aja gimana?"
tanya regan sambil menaik turunkan alisnya menggoda, dan langsung difahami oleh keisyha kemana arah pembahasan regan.
"jadi?"
"masa iya anak SMA ngacak - ngacak pikiran gue?"
.....
"Tolong saya sekali lagi dong pak, penguntit gila itu masih ngikutin saya. Please pak" tangannya mengatup dengan memohon agar pria itu membantunya lagi.
"Oke! Sini ikut saya" Pria dewasa itu menyambar baju panjang dan lengan Lingga. memepetkannya di tembok dekat ruang ganti.
"Kamu diam ikuti saya" katanya dengan tegas.
....
Hani menengokkan kepalanya setelah melihat pria didepannya bersemangat melempar bola basket kedalam ring di timezone. kini ia mendapati kawannya, Lingga ternganga pada pria yang akhir - akhir ini mengisi kekosongan hidupnya. serta gadis yang berada pada ujung kanan lingga -Shenna juga terpana atas ketampanan pria brewok itu.
"Gila ganteng banget anjir" Lingga masih tak mengedipkan mata dan terus memandangi.
"iya woeeyy!" Hani mengiyakan.
"sadar guys, umurnya 30" sedangkan Shenna yang tak dipungkiri juga merasakan hal yang sama. hanya saja dirinya sajalah yang realistis dan tetap pada batas wajar.
....
"Pak Aksara Pernah dugem?" mata lingga menatap Aksara menyelidik. mencoba mencari jawaban pada manik mata miliknya.
....
"Apa ayah tidak kesepian?" mobil golf melaju sedang. membawa dua penumpang, Ayah dan anak yang sudah lelah bermain golf tersebut. "rumah sebesar itu, setiap hari isinya hanya pelayan?"
Lingga mengamati wajah ayahnya yang mulai keriput. entah sejak kapan garis itu muncul. mata milik ayahnya mirip sekali dengan miliknya. tidak belo dan tidak cipit. sedang.
"Kenapa kamu tanya gitu?"
"Ayah tampak menyedihkan" kalimat yang Lingga buat, selalu berhasil membuat ayahnya tertegun. untuk menyalahkan tak sanggup, dan membenarkan pun akan lebih menyakitkan.