Magfirah

Madina, 29 tahun, memutuskan untuk resign setelah tekanan di tempat kerja membuatnya kehilangan kemampuan untuk berfungsi. Dia tidak lagi bisa bangun dari tempat tidur, kehilangan minat pada tanaman yang dulu sangat dia cintai, dan yang paling berat--dia kesulitan menjalankan ibadah, terutama salat.

Setelah memutuskan mencari bantuan profesional, Madina didiagnosis menderita depresi mayor dan harus menjalani terapi obat. Namun, saat kedua orang tuanya mengetahui hal ini, mereka menuduhnya kurang ibadah dan lemah iman, serta menolak mendengarkan penjelasannya. Terjepit antara pengobatan yang dibutuhkan dan pertentangan keluarganya, Madina berjuang sendiri untuk mendapatkan kesembuhan.

Keadaan semakin memburuk ketika Madina dituduh membunuh tetangganya, yang menyebarkan gosip bahwa dia "gila" karena berobat ke psikiater. Dengan motif yang dianggap kuat, Madina menjadi tersangka. Kini dia tak hanya harus membersihkan namanya, tapi juga harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menggantung di atas kepalanya: Apakah mengidap penyakit mental berarti kurang ibadah dan lemah iman? Lalu, apakah seseorang dengan gangguan mental tidak layak menerima magfirah-Nya?

TW: depresi mayor, kegelisahan