The Burning Table (DRAMIONE)
  • Reads 202
  • Votes 37
  • Parts 6
  • Reads 202
  • Votes 37
  • Parts 6
Ongoing, First published Oct 11
Menjadi siswi muggle di Hogwarts tidak mudah. Menjadi siswi paling cemerlang tetapi berasal dari dunia luar malah lebih berat lagi. Itu yang dirasakan Hermione. Bukan salahnya ia lebih unggul daripada murid-murid lain, tapi kebanyakan siswa tidak berpikir seperti itu.

Mereka yang berdarah murni selalu memandangnya rendah. Terutama anak-anak Slytherin, terutama ... Draco Malfoy.

Kedua mata kelabu laki-laki itu selalu memandangnya rendah, lidahnya yang tajam selalu mencari celah dari setiap gagasan yang ia suarakan. Draco Malfoy berhasil melucuti harga dirinya di hadapan seluruh dewan Prefek, dan tak lama lagi di depan seluruh murid Hogwarts.

Dan dalam setiap detiknya, Hermione mencoba menghentikan usaha laki-laki menyebalkan itu sambil menanti-nanti sebuah kesempatan emas untuk membalikkan keadaan.


》》》

FanFiksi Harry Potter

pairing : Draco Malfoy X Hermione Granger

Disclaimer : Saya tidak memiliki Harry Potter atau karakter apa pun di dalamnya. Harry Potter adalah milik J.K ROWLING. Fanfiksi ini ditulis semata-mata untuk tujuan hiburan dan tidak bertujuan mencari keuntungan. Tolong dukung karya aslinya! Selain itu, saya juga tidak memiliki ilustrasi yang tertera dalam cover.
All Rights Reserved
Sign up to add The Burning Table (DRAMIONE) to your library and receive updates
or
#152hatetolove
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 9
Dosa Ku cover
ONE STORY ONE ENDING (SasuSaku)  cover
He Fell First and She Never Fell? cover
antagonis wife [TERBIT] cover
After Graduation cover
Sweet - Liskook AU cover
Second Best [ RONY X SALMA ] cover
The Curse (Tamat) cover
Kesayangan Bunda cover

Dosa Ku

65 parts Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.