Dunia ini dulunya milik manusia. Setiap kota, jalan, dan bangunan dibangun dengan tangan-tangan manusia, mencerminkan dominasi mereka atas bumi. Mereka tak pernah menyadari bahwa di bawah kaki mereka, di balik dinding-dinding retak dan saluran gelap, ada makhluk kecil yang selalu mengamati, menunggu saatnya tiba.
Kecoak. Selama berabad-abad, mereka hanya dianggap sebagai hama-makhluk kecil yang menjijikkan, diburu dan dihindari. Namun, tak seorang pun menyangka bahwa kecoak menyimpan rahasia evolusi yang tak terduga. Di saat manusia semakin tenggelam dalam kerakusan dan perusakan alam, kecoak diam-diam beradaptasi. Tubuh mereka mengeras, pikiran mereka berkembang, dan yang terpenting, mereka belajar berorganisasi.
Pada suatu malam yang tampak seperti malam lainnya, perubahan besar dimulai. Di bawah kota-kota besar, dalam reruntuhan yang terlupakan, kecoak-kecoak mulai bergerak. Dipimpin oleh Raja Kecoa, makhluk yang telah melalui transformasi luar biasa, mereka muncul ke permukaan, bukan lagi sebagai hama, melainkan sebagai calon penguasa baru.
Kini, manusia menghadapi kenyataan pahit, kekuasaan yang mereka pegang selama ini tak lagi mutlak. Dunia berubah dengan cepat. Kecoak-kecoak mengambil alih, menguasai teknologi, dan mengendalikan ekosistem. Mereka bukan sekadar bertahan, mereka mengambil alih, memaksa manusia untuk beradaptasi dengan aturan baru.
Namun, di tengah kekacauan itu, seorang ilmuwan muda bernama Lina menyadari bahwa perang bukanlah satu-satunya jalan keluar. Dengan alat yang ia ciptakan, ia mampu berkomunikasi dengan kecoak dan menemukan bahwa, di balik kekuatan yang menakutkan, kecoak hanya menginginkan pengakuan dan keseimbangan.
Kini, nasib dunia terletak di ujung benang. Apakah manusia akan belajar untuk hidup berdampingan dengan penguasa baru mereka, ataukah kekacauan ini akan berlanjut hingga semua peradaban hancur?
Fantasy Petualangan Modern
Ilham, seorang remaja pemalu dengan masa lalu tak terselesaikan, menemukan sebuah cermin tua bernama Agrios-benda misterius peninggalan ayahnya yang menghilang bertahun-tahun lalu. Saat menyentuhnya, Ilham terseret ke dalam Avarna, dunia dimensi yang tidak terbuat dari ruang dan waktu, melainkan dari kemungkinan, emosi, dan cerita yang belum selesai.
Di Avarna, kota-kota seperti Metron yang selalu bergerak, Valon tempat emosi dikunci dalam bentuk fisik, dan Solare yang membakar kebohongan, menguji sisi terdalam dirinya. Bersama Yuna, tokoh fiksi yang hidup dari tulisannya, dan Kael, entitas antara manusia dan algoritma, Ilham berusaha memahami misteri Avarna-dan perlahan menyadari bahwa semua ini bermuara pada satu hal: dirinya sendiri.
Namun Avarna tidak hanya menyimpan harapan, tapi juga bayangan. Ia harus menghadapi Veyra, sosok yang tak lain adalah cerminan masa depannya-kemungkinan dirinya yang memilih untuk membiarkan dunia nyata hancur demi cerita yang sempurna. Pertarungan mereka bukan soal kekuatan, tetapi tentang narasi, pilihan, dan pengampunan.
Kaca Dimensi bukan sekadar kisah fantasi. Ini adalah novel tentang perjalanan menemukan identitas, luka yang tidak disembuhkan dengan pelarian, dan kekuatan kata-kata untuk menyatukan dunia. Di akhir, Ilham bukan hanya menyelamatkan Avarna. Ia membangun jembatan antara realita dan imajinasi-menjadi penjaga dari cerita-cerita yang menunggu untuk didengar.
---