Manusia, kesatuan antara fisik dan psikis. Mengharmoni, membentuk seseorang menjadi satu kesatuan yang seimbang. Fisik, atau raga, menjadi hal yang kasat mata dan terlihat. Sedangkan psikis atau jiwa, ia tersimpan dan hanya dapat dirasakan dengan indera abstrak yang disebut kalbu.
Jika diibaratkan, jiwa itu seperti sebongkah besi. Bongkahan besi akan dipalu, dibakar, dipukul, dipadatkan, dibentuk, sehingga akhirnya membentuk barang bermanfaat seperti pisau, kuali, paku, bahkan jarum.
Dan proses pembentukan itu terjadi sangat keras pada Magi, gadis biasa yang tidak menonjol dari segi apapun. Walaupun petuah mengatakan segala masalah yang dihadapi tidak akan melebihi batas kemampuan seseorang, namun bagaimana mereka mengetahui 'batas kemampuan' masing-masing individu? Apakah setelah melalui segala hal tersebut, Magi bisa 'bermanfaat'? Sementara hasil yang dirasakan oleh Magi hanyalah semakin menipisnya batasan antara kenyataan dan khalayan.
[Buku ketiga dari novel "The Return of Villain Sister"]
Vlora Vionna Prabaswara, gadis yang dulu punya segalanya. Keluarga harmonis, dilimpahi kasih sayang, serta masa depan yang terjamin.
Insiden enam tahun silam, membuatnya kehilangan itu semua. Ia kehilangan hak waris perusahaan kedua orangtuanya sendiri, serta kehilangan hartanya paling berharga, sang Mama dan calon adik-adiknya dalam kebakaran yang disengaja.
Setelah kabur bertahun-tahun dari kota kelahiran, Vlora memilih untuk pulang. Kembali kepada keluarga, sahabat, dan laki-laki yang menjadi pengisi hatinya. Orang-orang mengira gadis itu berhasil pulih dari dukanya, namun mereka salah.
Vlora pulang bukan karena luka batinnya telah sembuh. Melainkan untuk merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya, menuntut balas dendam, serta menemukan pelangi sehabis badai hujan panjang menerpa kehidupannya.