Story cover for PENGORBANAN LILIANA by FrlyZzzaa
PENGORBANAN LILIANA
  • WpView
    Reads 138
  • WpVote
    Votes 52
  • WpPart
    Parts 18
  • WpView
    Reads 138
  • WpVote
    Votes 52
  • WpPart
    Parts 18
Complete, First published Oct 15, 2024
Mature
Malam itu, suara hujan deras menjadi latar dari kegelapan yang melingkupi sebuah kota kecil di tepi bukit. Di sebuah rumah tua dengan jendela-jendela yang mulai lapuk, Liliana Aurelia Aurita menatap keluar jendela kamarnya, mengamati titik-titik air yang menetes tanpa henti. Pikirannya terperangkap dalam masa lalu, dalam kenangan yang menjerat dirinya ke dalam pusaran rasa bersalah.

Liliana menggenggam erat sebuah surat tua yang sudah lusuh, surat terakhir dari adiknya yang hilang secara misterius dua tahun yang lalu. Mata hazelnya penuh dengan bayang-bayang kesedihan. Tidak ada yang tahu ke mana adiknya pergi, namun dalam hatinya, Liliana selalu merasa sesuatu yang lebih kelam terjadi malam itu.

Suara pintu depan berderit membuatnya tersentak. Ia berbalik dengan cepat, namun ketika sampai di pintu, hanya angin dingin yang menyambutnya. Seperti ada yang diam-diam mengamati, tetapi tidak pernah menampakkan diri.

Sebuah rahasia mengelilingi keluarga mereka, dan Liliana tahu bahwa ia harus mengungkapnya, meskipun itu berarti menghadapi kebenaran yang tidak ingin ia temukan. Malam itu menjadi awal dari sebuah perjalanan yang akan membawa Liliana ke dalam jalinan misteri, pengkhianatan, dan kehilangan yang lebih dalam dari yang pernah ia bayangkan.




up..up..up ya sengg
All Rights Reserved
Sign up to add PENGORBANAN LILIANA to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
"Bisikan Senior di Lorong Sunyi" by apriani200
22 parts Ongoing
Namaku Amira, tapi aku lebih suka dipanggil Mira. Aku baru saja menginjakkan kaki sebagai mahasiswa baru di sebuah fakultas yang terkenal-atau lebih tepatnya, ditakuti-karena senioritasnya yang begitu kuat dan tak kenal ampun. Aku pikir setelah melewati masa PKKMB yang melelahkan itu, hidupku akan mulai berjalan normal, seperti yang kudengar dari cerita teman-teman. Tapi aku salah. Sangat salah. Keesokan harinya, saat pelajaran baru saja selesai, kami dipanggil oleh para senior. Pertemuan pertama berlangsung di dekat kolam perpustakaan yang rindang, tempat yang seharusnya menenangkan, tapi malah membuat dada ini berdebar tak karuan. Suasana terasa tenang, tapi mataku menangkap ada sesuatu yang tak biasa-sebuah bayang gelap yang mengintip di balik senyum mereka. Hari-hari berlalu, dan tempat pertemuan kami bergeser ke lorong yang sunyi dan gelap. Lorong itu seperti ruang antara dunia nyata dan mimpi buruk. Bau lembap yang tajam menusuk hidung, nyamuk beterbangan seperti bayangan yang tak pernah lelah mengawasi, dan lampu remang yang membuat setiap bayangan jadi dua kali lebih menyeramkan. Setiap kali kami dikumpulkan di situ, aku merasa seolah-olah ada mata yang mengintai dari kegelapan, membidik dan menilai. Bisikan-bisikan samar para senior, tatapan dingin yang menusuk tulang, membuatku bertanya dalam hati: apakah ini benar-benar untuk melatih mental, atau sesuatu yang jauh lebih gelap? Aku, yang tubuhnya lemah dan sering sakit, merasa terjebak di tengah tekanan yang menyesakkan. Di antara teman-temanku-Ani yang pendiam tapi kuat, Aini yang selalu cemas, Olifia yang berusaha tegar, dan Ratih yang tak pernah berhenti berharap-kami saling menggenggam tangan dan hati, mencoba menguatkan satu sama lain. "Tapi aku tahu, bisakah kami bertahan?" Bisakah kami tetap berdiri tegak saat bayang-bayang senior terus membayangi dan bisikan itu berubah menjadi ancaman? Atau akan kah kisah kami berakhir di lorong sunyi itu, di mana keberanian diuji dan ketakutan menjadi penguasa?
Hujan Ingatan - Negeri Hujan Ingatan by Rai_TintaAstral
3 parts Complete
Di Kota Senja, tempat langit selalu temaram dan hujan tak pernah reda, Elian menjalani hidupnya dalam kesendirian yang ganjil. Ia merasa berbeda, dihantui kenangan-kenangan yang terasa asing, seolah bukan miliknya. Saat kota mulai "berbicara" padanya lewat anomali waktu, pantulan cermin yang hidup sendiri, dan pesan-pesan misterius yang muncul entah dari mana, Elian terseret ke dalam pusaran teka-teki yang mengancam kewarasannya. Sebuah poster dengan simbol spiral aneh, halaman koran tentang anak hilang yang membangkitkan rasa bersalah tak terjelaskan, dan rekaman suara ibunya yang penuh rahasia menjadi serpihan-serpihan puzzle yang harus ia susun. Setiap petunjuk membawanya lebih dekat pada kebenaran mengerikan tentang dirinya, ibunya, dan eksperimen misterius bernama ELR yang melibatkan hujan sebagai media. Ketika dunia di sekitarnya membeku dan suara-suara gaib memperingatkannya tentang waktu yang bukan miliknya serta ingatan yang tak bisa dipercaya, Elian sadar ia bukan sekadar remaja biasa. Di tengah realitas yang semakin pecah, apartemennya berubah menjadi mesin ingatan, dan bahkan buku hariannya menuliskan pesan-pesan dari tangan tak dikenal. Puncaknya, sebuah peringatan "JANGAN BUKA PINTU" muncul di jendela kamarnya, diikuti tiga ketukan misterius. Terjebak antara rasa takut dan keinginan untuk tahu, Elian harus memilih: mengabaikan semua kegilaan ini, atau membuka pintu menuju takdir yang mungkin akan menghancurkan semua yang ia yakini tentang hidupnya.
Warisan Gandari by Jemari_Menari96
19 parts Ongoing
"Tidak semua warisan bisa diwariskan dengan damai. Ada yang harus ditanam. Dalam. Dan dikubur. Tapi apa jadinya jika tanah tempat menguburnya justru menganga kembali?" Setelah bertahun-tahun meninggalkan kampung halamannya di dusun terpencil Sekarputih, Gandari Ayu Prameswari kembali untuk menghadiri pemakaman ibunya, Bu Ranupatma, yang meninggal secara misterius - tergantung di pohon kamboja dengan tubuh dililit kain kafan sobek, seperti bekas ritual gagal. Di mata warga, Bu Ranupatma adalah perempuan aneh. Dituduh membawa kutukan dan menjadi penyebab paceklik berkepanjangan. Tapi bagi Gandari, ibunya adalah sosok penuh rahasia, selalu menyembunyikan hal-hal ganjil yang terjadi di rumah. Kini, setelah kembali, Gandari mulai menyadari bahwa ada yang tak beres di desanya: suara-suara yang memanggil dari sumur tua, bayangan yang menari di balik dinding rumah, dan mimpi-mimpi yang selalu diakhiri dengan suara tangisan dari dalam tanah. Hingga sebuah kebenaran terbuka - Gandari ternyata mewarisi kekuatan gaib yang telah mengalir di darah keluarganya selama ratusan tahun. Ia bukan hanya anak dari Bu Ranupatma, tapi penerus terakhir penjaga gerbang antara dunia manusia dan dunia arwah. Sayangnya, kekuatan itu tidak hanya membangkitkan harapan... tetapi juga membangunkan sesuatu yang sudah lama terkubur - Banyu Abang, entitas jahat yang dulu disegel oleh leluhurnya, kini bangkit perlahan, mengincar tubuh Gandari sebagai wadah baru. Dibantu oleh Mbah Darmi, penjaga tua yang dulu berselisih dengan Bu Ranupatma, dan Tari, sahabat masa kecil yang menyimpan rasa bersalah, Gandari harus menghadapi warisan yang tidak pernah ia minta. Satu demi satu, warga desa menghilang. Malam makin panjang. Gerbang di tengah hutan mulai terbuka. Dan rahasia keluarganya... ternyata bukan tentang penyelamatan. Tapi pengorbanan.
You may also like
Slide 1 of 8
"Bisikan Senior di Lorong Sunyi" cover
setangkai mawar di musim dingin cover
Why Us? (Terbit) cover
Hujan Ingatan - Negeri Hujan Ingatan cover
Mantra Penghancur Moral cover
The Spaces Between Our Words (TAMAT)  cover
Warisan Gandari cover
Detective Vina cover

"Bisikan Senior di Lorong Sunyi"

22 parts Ongoing

Namaku Amira, tapi aku lebih suka dipanggil Mira. Aku baru saja menginjakkan kaki sebagai mahasiswa baru di sebuah fakultas yang terkenal-atau lebih tepatnya, ditakuti-karena senioritasnya yang begitu kuat dan tak kenal ampun. Aku pikir setelah melewati masa PKKMB yang melelahkan itu, hidupku akan mulai berjalan normal, seperti yang kudengar dari cerita teman-teman. Tapi aku salah. Sangat salah. Keesokan harinya, saat pelajaran baru saja selesai, kami dipanggil oleh para senior. Pertemuan pertama berlangsung di dekat kolam perpustakaan yang rindang, tempat yang seharusnya menenangkan, tapi malah membuat dada ini berdebar tak karuan. Suasana terasa tenang, tapi mataku menangkap ada sesuatu yang tak biasa-sebuah bayang gelap yang mengintip di balik senyum mereka. Hari-hari berlalu, dan tempat pertemuan kami bergeser ke lorong yang sunyi dan gelap. Lorong itu seperti ruang antara dunia nyata dan mimpi buruk. Bau lembap yang tajam menusuk hidung, nyamuk beterbangan seperti bayangan yang tak pernah lelah mengawasi, dan lampu remang yang membuat setiap bayangan jadi dua kali lebih menyeramkan. Setiap kali kami dikumpulkan di situ, aku merasa seolah-olah ada mata yang mengintai dari kegelapan, membidik dan menilai. Bisikan-bisikan samar para senior, tatapan dingin yang menusuk tulang, membuatku bertanya dalam hati: apakah ini benar-benar untuk melatih mental, atau sesuatu yang jauh lebih gelap? Aku, yang tubuhnya lemah dan sering sakit, merasa terjebak di tengah tekanan yang menyesakkan. Di antara teman-temanku-Ani yang pendiam tapi kuat, Aini yang selalu cemas, Olifia yang berusaha tegar, dan Ratih yang tak pernah berhenti berharap-kami saling menggenggam tangan dan hati, mencoba menguatkan satu sama lain. "Tapi aku tahu, bisakah kami bertahan?" Bisakah kami tetap berdiri tegak saat bayang-bayang senior terus membayangi dan bisikan itu berubah menjadi ancaman? Atau akan kah kisah kami berakhir di lorong sunyi itu, di mana keberanian diuji dan ketakutan menjadi penguasa?