Di tengah gemerlap kota yang tak pernah tidur, seorang individu terseret dalam rutinitas harian yang hampa, menjalani hidup seperti aktor dalam lakon tanpa penonton. Hari-harinya bergulir tanpa arah, sementara pikiran-pikirannya dipenuhi pertanyaan yang berputar tanpa ujung. Ketika malam datang, ia terjebak dalam dialog batin yang menggugah, di mana kehidupan dan kematian seolah hanya dua sisi dari absurditas yang sama. Di ambang keraguan dan rasa asing terhadap eksistensinya sendiri, ia berhadapan dengan pilihan-pilihan paling sunyi. Mencari makna dalam kekosongan, ia perlahan terseret menuju kesadaran yang tidak mudah didefinisikan-sebuah kesadaran yang mungkin membawa penerimaan, atau justru pemberontakan. Namun, di sepanjang perjalanannya, ia menyadari bahwa kadang-kadang, jawaban terbesar datang bukan dari menemukan makna, tetapi dari perjalanan memahami keberadaan itu sendiri.