Dalam senja tubuh yang bergema lirih, Tercermin bayang di cermin sepi. Tawa mereka bagai pisau tak terlihat, Menyayat diamku, menghapus harap yang lekat. Lembar-lembar buku terhempas tanpa arti, Seragam tersapu angin di ujung bumi. Sisa abu dari mimpi yang terbakar, Tertinggal di hatiku yang kian memudar. Namun otakku terus bersinar terang, Meskipun langkahku terasa terbelenggu bayang. Sambut tangan mereka yang datang menata, Harap perih ini berakhir dengan senyum nyata. Sayangnya niat itu hanyalah angan semu, Mereka kembali mengoyak tanpa malu. Bukan hati, tapi harta yang mereka genggam, Dan lagi-lagi luka ini kutelan dalam diam.
1 part