Biru, Biru, Biru, Sungguh Kaku;
Biru, Biru, Biru, Sangat Baku;
Biru, Biru, Biru, Katamu Membisu;
Namun, Wahai Bung Biru, Apakah Bisa Tanpa Itu?
***
Banyak orang berkata, kalau rumah itu adalah tempat ternyaman untuk pulang, tempat kita menghilangkan lelah, tempat kita beristirahat sejenak, tempat kita berlindung dari panas teriknya siang dan dingin lembabnya malam, dan juga tempat teraman kita untuk tidur dalam gelapnya malam.
Namun, tidak dengan seseorang.
Biru Langit Kertanegara, itulah namanya. Ia tak percaya akan "rumah adalah tempat pulang", ia tak percaya lagi akan rumah itu.
Semenjak ribuan sinisme dan rotan berbicara di hadapannya, ia hanya percaya bahwa rumah itu hanya penganiyaan dan pemaksaan. Nama baik telah dibawa olehnya, tetapi tidak cukup untuk penghuni rumah itu.
Namun, setelah Senjakala Wijaya, seorang perempuan yang "berat kaki" itu masuk menerobos jalannya, ia mulai sadar bahwa rumah bukan sekedar papan dan atap, tetapi rumah adalah mereka yang bisa memberikan rasa aman dan nyaman.
Tetapi, masalah-masalah semakin beramai-ramai datang menghampiri mereka. Sampai pada tali hubungan mereka hancur dan mereka hilang arah.
Bagaimanakah Kelanjutan Ceritanya? SEGERA BACA!!All Rights Reserved