Jalan hidup manusia memang tidak bisa ditebak, apa yang kamu kerjakan hari ini menentukan masa depanmu di hari esok.
Sering aku dengar kalimat motivasi itu dari para motivator terkenal, baik dari buku atau media lainnya yang mengingatkan tentang pilihan hidup manusia ke jalan yang benar.
Mungkin ini jalan hidupku menjadi orang gagal membangun kehidupanku sendiri yang orang bilang sampah masyarakat, bahkan beban keluarga. Hidup di jalanan bersama teman-teman menikmati kehidupan yang bebas tanpa beban, tertawa, bersenda gurau, menari sambil mabuk dan memakai obat-obatan yang dilarang seperti tramadol dan sejenisnya.
Sudah tidak terhitung umpatan, cacian dan sumpah serapah yang aku terima dari ayah serta ibu. Sudah tak tersisa bagian tubuh yang tidak tersentuh batang sapu ijuk dan rotan menghiasi tubuhku. Ayah yang memberi bekas pukulan itu di punggungku, namun aku tidak pernah sekalipun melawannya hanya meringis menahan rasa sakit dan ngilu di tulangku.
Tapi, segalak-galaknya mereka. Hanya ibu yang tidak tega anak yang dikandungnya selama 9 bulan, 2 tahun di susunya dengan penuh kasih sayang, tidak tega menyaksikan anaknya dipukuli oleh ayah sekalipun aku sering juga di marahinya.
"Sudah pak! Sudah! Jangan dipukul lagi anak kita...! Kasian paakk!" Kata ibu melindungiku dengan tubuhnya sembari mengisyaratkan tangannya sebagai tameng untuk menahan pukulan batang sapu yang akan mendarat di tubuhku.
"Bu?! Biar ayah hajar anak sialan ini! Bikin malu keluarga kita saja di mata tetangga! Kerjaannya mabuk, nongkrong dan bergaul dengan anak-anak yang gak jelas masa depannya!" Balas ayah menimpali omongan dan pembelaan ibu.Tutti i diritti riservati