Menjadi putra dari Penguasa Kawah Gunung Berapi dengan Dewi Penguasa Bangsa Bunga, bukanlah pemikiran sederhana yang bisa Alingga pikirkan. Sebuah identitas merepotkan yang membuat kehidupannya sulit dan selalu berada dalam bahaya. Takdir memang kejam, namun akhir yang indah juga merupakan impian semua makhluk. Alingga sungguh ingin mengubah suramnya kawah menjadi suatu kemegahan yang menggoda kerakusan manusia; menjadi satu-satunya bunga yang mampu memeluk sang kawah dalam keabadian.
Kian Sagara, "Aku ingin ratuku berasal dari bangsa bunga."
Senopati Asoka menatap sang raja dalam kebingungan, "Prabu, saat ini bangsa bunga sudah hampir musnah. Yang tersisa hanyalah putik-putik kecil yang bahkan tidak lebih indah daripada api-api kecil di tungku rakyat miskin."
Kian Sagara, "Ou, bukankah bangsa bunga masih memiliki seseorang dengan status tertinggi saat ini?"
Senopati Asoka tertegun sebelum menjawab dengan ragu, "Ya, memang ada. Dan dia adalah satu-satunya putra dan calon raja bangsa bunga saat ini, Alingga Shankara."
Kian Sagara, "Dalam tujuh hari, bawakan Pangeran Alingga ke hadapanku," perintahnya mutlak.