Vivi, 17 tahun, dan Zizi, 14 tahun, hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Rumah mereka bukan lagi tempat yang aman, melainkan medan perang yang dipenuhi dengan bentakan dan kekerasan. Setiap hari, mereka menyaksikan ayah mereka, yang dulu mereka kagumi, berubah menjadi monster yang menakutkan. Tangannya, yang dulu mengelus kepala mereka dengan penuh kasih sayang, kini melayang di udara, siap menghantam wajah ibu mereka.
Setiap kali, mereka mendengar suara tamparan keras yang menggema di ruangan, melihat ibu mereka terhuyung ke belakang, pipinya memerah, dan air matanya mengalir deras. Mereka berdua tak berdaya, hanya bisa bersembunyi di balik lemari, tubuh mereka gemetar, hati mereka teriris melihat ibu mereka yang terluka.
Ketakutan telah menjadi teman setia mereka. Mereka takut akan bayangan tangan yang melayang, takut akan suara bentakan yang menggelegar, takut akan wajah ayah mereka yang berubah menjadi garang. Mereka takut kehilangan ibu mereka, satu-satunya orang yang mereka cintai di dunia ini.
Vivi, yang dulunya penuh semangat dan ceria, kini menjadi gadis pendiam dan murung. Zizi, yang dulu suka bermain dan tertawa, kini hanya bisa menunduk, matanya berkaca-kaca. Masa remaja mereka yang seharusnya dipenuhi dengan keceriaan dan harapan, kini terisi dengan ketakutan dan kesedihan.
Mereka berdua terjebak dalam lingkaran setan kekerasan rumah tangga. Mereka tahu bahwa mereka harus keluar dari situasi ini, tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya. Mereka hanya bisa berharap, suatu saat nanti, mereka akan menemukan jalan keluar dari mimpi buruk yang sedang mereka jalani.
Axelindra merupakan pemuda dingin dan sulit di dekati. Nasibnya yang cukup ironis membuat ia semakin acuh pada sekitar. Keluarga? Sepertinya memiliki kakek dan nenek angkatnya dapat di katakan sebagai keluarganya.
Axelio Welwitschia N. Merupakan pemuda manis dan baik hati. Nasibnya juga sama, meski ia memiliki keluarga lengkap namun ia tak mendapat kasih sayang sebagai keluarga. Ia tak pernah mengeluh apalagi membenci balik atas kebencian keluarganya. Ia hanya ingin bertekad mengembalikan kepercayaan keluarganya lagi padanya. Namun takdir berkata lain,ia pergi sebelum keinginannya terpenuhi.
Bagaimana jadinya jika Axelindra masuk ke dalam raga Axelio?,mampukah ia menghadapi keluarga raga asli?, Bisakah ia mendapatkan makna sebenarnya dari kata keluarga itu?.
P.E.N.T.I.N.G
Ini cerita murni dari hasil pikiran penulis dan tidak berniat untuk di terbitkan atau apalah itu. Ini hanya untuk koleksi penulis pribadi, jadi penulis juga nggak butuh koreksi atau hujatan dll. Meski niat kalian baik penulis apresiasi tapi sekali lagi penulis tegaskan nggak butuh. Kalau mau baca ya silahkan, tapi jangan berisik. Kalau kalian nggak nyaman silahkan tinggalkan. OK!!
Copy? Silahkan tapi......👊👊