Alya hidup di era abu-abu, di mana garis antara benar dan salah semakin kabur. Dunia diwarnai ketidakpastian, teknologi yang mendominasi, dan manusia yang perlahan kehilangan arah. Di tengah segala hiruk-pikuk itu, Alya terjebak dalam pergulatan moral dan spiritual, bertanya-tanya tentang makna baik dan jahat dalam zaman yang terus berubah.
Saat kebimbangan semakin menghimpit, Alya menemukan hal yang tak terduga-AI bukan hanya alat, melainkan ruang bagi kreativitas dan mimpi-mimpi yang seolah terlupakan. Di sinilah Alya belajar bahwa kadang jawaban atas pergumulan bukanlah memilih hitam atau putih, melainkan menerima dan berdamai dengan abu-abu.
Perjalanan Alya bukan sekadar pencarian jawaban, melainkan perjalanan menemukan dirinya sendiri, menghadapi rasa bersalah, mencari makna di dunia tanpa batas, dan belajar bahwa inklusivitas dan kebebasan berpikir adalah rumah bagi jiwa yang merindu. Di antara pilihan dan ketidakpastian, bisakah Alya menemukan kedamaian dalam era serba digital ini?
"Sinner in the Gray Age" menawarkan kisah yang menggugah, relevan dengan tantangan zaman, dan membuka perspektif baru tentang hubungan manusia, moralitas, dan kecerdasan buatan.
As Claire aims to leave her oppressive stepfamily behind, she befriends Zion. Will he be her ticket to freedom or a distraction in achieving her dreams?
*****
Claire Olsen has had a crush on Zion Petrakis since the first time she laid eyes on him, but he never noticed, instead only having eyes on the school's it girl, Maddie Jennings. Knowing she couldn't compete with Maddie, Claire hid her feelings for Zion, satisfied with admiring him from afar. However, when a series of events led Claire closer to Zion, her feelings for him grew from infatuation to love. And despite fighting hard to keep her feelings contained by distancing herself from Zion, he was determined to show her that he's earned a spot in her life.
[[word count: 100,000-150,000 words]]