"Ketika hati memutuskan untuk pergi, itu adalah tanda bahwa saatnya untuk menyambut perubahan" --- Nura memandangi cermin besar di ruang tamunya, mencerminkan wajahnya yang lelah namun penuh harapan. Kecantikan dan kebaikannya sering kali menjadi sumber kekuatan, tetapi di dalam hatinya, terdapat luka yang dalam. Setiap detak jantungnya membawa kenangan akan pengkhianatan, kesedihan, dan janji yang tidak ditepati. Dia telah cukup merasakan pahitnya cinta yang seharusnya memberikan kebahagiaan, tetapi justru mengajarinya untuk bersembunyi. Di luar jendela, hujan deras mengguyur kota, suara gemuruhnya menyamarkan suara hatinya yang berbisik untuk membuka diri. Di tengah kesunyian rumahnya, Nura berjanji untuk tidak lagi membiarkan diri terjerat dalam hubungan yang menyakitkan. Ia ingin menjalani hidup untuk dirinya sendiri, menjauh dari segala bentuk cinta yang menguras emosi. Namun, takdir memiliki rencana lain. Saat ia merasa siap untuk menutup bab ini dan berfokus pada dirinya, seorang lelaki muncul dalam hidupnya. Daffario Rashif Alfaiz, dengan senyuman tulus dan kebaikan yang tampak dalam setiap tindakannya, menggoyahkan dinding yang dibangunnya. Akankah Nura berani membiarkan cinta masuk lagi, atau akankah ia tetap memilih pergi? Dalam kisah ini, Nura akan belajar bahwa untuk benar-benar hidup, kadang kita harus menghadapi ketakutan terdalam kita. Dan mungkin, hanya mungkin, hati yang memilih pergi bisa kembali pulang. ---
3 parts