Tithania merasa kehilangan arah, terjebak dalam kebuntuan menulis yang seolah tak berujung. Setiap lembar kosong hanya membuatnya semakin jauh dari dunia yang pernah dia cintai. Hingga dia bertemu Hadwin. Pria penuh tawa dan optimisme yang dengan cara tak terduga menyalakan kembali api di dalam dirinya. Melalui percakapan dan momen-momen sederhana, Hadwin mengingatkan Tithania akan mimpi dan gairah yang pernah dia miliki.
Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Hadwin pergi dengan cara yang mengejutkan. Kematian yang mengguncang Tithania dan meninggalkannya dalam duka yang penuh tanda tanya. Setiap kenangan kini membayang, menolak untuk dia lupakan.
Setahun setelah kejadian itu, saat dia mulai berdamai dengan kehilangan, Tithania terkejut melihat sosok yang tampak persis seperti Hadwin. Tapi, pria ini bukan Hadwin yang dia kenal. Tatapannya dingin, aura gelap menyelubunginya.
Ketika Tithania berusaha mencari tahu, dia mulai menyadari kemungkinan yang menakutkan. Apakah pria asing ini memiliki hubungan dengan kematian Hadwin?
Terperangkap antara ingatan dan kebenaran yang tak terduga, Tithania tak bisa berhenti mencari jawaban, meskipun setiap langkahnya semakin menyingkap rahasia yang mungkin lebih baik tak pernah terbongkar.