"Sahavatri" adalah kombinasi nama Sahara dan Savitri, sosok dalam mitologi Hindu yang melambangkan kekuatan, keteguhan, dan cinta yang mendalam.
"Sahavatri," terdapat kisah yang terjalin dengan indah antara Raden Ayu Sahara, seorang mahasiswi seni yang terperangkap dalam labirin kesedihan dan kehilangan. Hidupnya, yang seharusnya berwarna ceria, mendadak menjadi kelabu setelah ia kehilangan kedua orang tuanya, meninggalkan jejak duka yang membekas di relung jiwanya. Dalam dekapan memori yang suram, ia terjebak dalam hubungan toxic yang merusak, menciptakan tembok tebal yang menghalangi cahaya harapan masuk ke dalam hatinya.
Namun, di balik tirai kelam kehidupan, takdir memunculkan sosok Atmajaya Sastra Yudhistira-seorang mahasiswa sastra dengan semangat membara dan visi artistik yang tajam. Dalam pertemuan yang menggugah jiwa, Sastra hadir sebagai embun pagi yang menyegarkan, membawa serta aroma kebangkitan dan harapan baru. Ia menjadi cahaya dalam kegelapan, merangkul Sahara dengan kelembutan dan ketulusan, seolah berkata, "Beranilah, cintaku. Dunia ini masih penuh warna."
Di tengah perjalanan emosional yang penuh liku ini, cinta mereka menjadi benang halus yang menyatukan hati dan seni. Melalui lukisan-lukisan yang diciptakan Sahara, ia mulai menemukan kembali warna yang hilang, mengungkapkan rasa sakit dan harapan dalam goresan yang penuh makna. Dengan dukungan Sastra yang tak tergoyahkan, Sahara belajar untuk merangkul masa lalu dan membiarkan cahaya harapan membimbingnya menuju masa depan yang cerah.
"Sahavatri" adalah puisi yang mengalun lembut, menggambarkan kekuatan cinta dan seni sebagai penebar benih harapan di tengah badai kehidupan. Kisah ini merayakan perjalanan menuju diri yang utuh, mengajarkan bahwa di balik setiap duka, tersembunyi kekuatan untuk bangkit dan mencintai kembali-tidak hanya orang lain, tetapi juga diri sendiri.