Bayi Hao menginginkan kehidupan yang normal. Memiliki ibu dan ayah. Di sambut ketika dia pulang sekolah dan mendengarkan ibu bercerita di akhir malam. Ketika hujan datang dan gemuruh petir menggelegar, dia ingin berlari, menyembunyikan kepalanya di pelukan seorang ibu. Tapi hal itu tidak terjadi. Dia tidak bisa melakukannya meskipun dia sangat ingin.
Suatu ketika hujan datang di siang hari, saat dia masih menunggu sopir pribadinya datang untuk menjemput. Hujan begitu lebat. Gemuruh petir terdengar sangat mengerikan. Dia ketakutan, dia bersembunyi di bawah meja sambil menggigil. Seseorang datang seperti peri dengan sayap cemerlang. Mengulurkan tangan kearahnya sambil berkata. "Apakah bayi ibu ketakutan? Biarkan ibu melihat. Ayo datang, ibu akan menyembunyikanmu. "
Kata lembut seperti mantra. Bayi Hao terpesona pada pandangan pertama. Begitu dia masuk kedalam dekapan, tangisnya runtuh.
Sejak kejadian itu Hao-Hao mengklaim peri di hari hujan adalah kompensasi Tuhan untuknya yang patuh.