Senja: Jingga di kala Senja

Senja terbiasa tidak terlihat.
Senja, '𝘛𝘩𝘦 𝘐𝘯𝘷𝘪𝘴𝘪𝘣𝘭𝘦.'

Di antara kakak yang selalu jadi panutan dan adik yang selalu diberi perhatian, menghilang adalah pilihan. Di cafe langganannya di Bali, segelas kopi serta meja pojok dengan stop kontak yang selalu berfungsi adalah singgasananya.

Americano. Tiga kali aduk. Butter croissant. Laptop. Headphone. Dunianya sendiri.

Sampai seseorang menumpahkan kopi di mejanya.
Sampai sahabatnya, Mika, datang berkunjung dengan misi membuatnya 'terlihat'.
Sampai ia mulai memperhatikan hal-hal kecil tentang seseorang yang selalu duduk di dekat jendela.

Tentang bagaimana ia mengetuk pensil saat sedang berpikir.
Tentang bagaimana ia selalu datang saat langit masih biru.
Tentang bagaimana ia selalu pulang tepat saat langit berubah... jingga.

Mungkin benar kata Mika.
Maybe some routines are meant to align.
Maybe some invisible lines are meant to intersect.
Maybe some coincidences... aren't really coincidences at all.

This is a story about two people who choose to be invisible, until they find someone worth being visible for.

.:: 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚 - 𝐽𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑑𝑖 𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑆𝑒𝑛𝑗𝑎: a slow burn story about finding courage to be seen, about parallel routines that slowly intersect, and about how sometimes the most beautiful things take time to unfold - like sunset colors bleeding into each other. ::.