"Meskipun Hinata sudah mengenal Regan hampir lima tahun lamanya, ia merasa seolah belum benar-benar tahu siapa pria itu. Regan yang ia kenal adalah sosok yang tegas, berprinsip, dan selalu penuh keyakinan. Namun, di balik itu semua, ada sesuatu yang tersembunyi - sebuah ketidakpastian yang selalu menggelayuti hubungan mereka.
Suatu hari, saat mereka berdua berada di kantor kedutaan untuk mengurus visa AS, Regan berbicara tentang hidupnya. 'Aku punya tiga pilihan hidup,' katanya, dengan tatapan yang serius, hampir seperti sebuah janji yang harus ditepati. 'Pertama, menjadi navigator handal di kapal pesiar internasional terbesar, dan menjadi orang Indonesia pertama yang mencapai posisi itu. Kedua, hidup di darat, menikah, punya keluarga kecil yang bahagia. Ketiga, hidup mengelana, tinggal di luar negeri selamanya.'
Hinata mendengarkan, terpesona sekaligus bingung. Regan, yang begitu idealis, selalu tampak seperti seorang pria yang memiliki semua jawaban tentang masa depannya. Namun, apakah Hinata benar-benar memahami apa arti pilihan-pilihan itu bagi Regan? Ataukah mungkin, tanpa ia sadari, Regan juga sedang berjuang mencari jawabannya sendiri?"
"Menjadi navigator handal di kapal pesiar internasional terbesar... Aku sudah hampir mencapainya, tapi aku tahu, itu akan mengorbankan banyak hal. Apakah aku siap kehilangan semuanya demi itu? Keluarga, teman, dan juga .... Hinata."
Warning!!!
HANYA BERISI ADEGAN ROMANSA, LATAR BELAKANG CERITA DAN ADEGAN DIBALIK KEBERSAMAAN KE-DUA TOKOH MAUPUN KEHIDUPAN PRIBADI TIDAK DIJABARKAN.
18+
Cerita ini hanya untuk unyu-unyuan saja.
_______________________________
Gifta tidak pernah menduga bahwa perjodohan dengan Anggar Linggarjati akan mengubah hidupnya dalam sekejap. Sebagai dokter spesialis yang dingin dan tampak tidak tertarik pada siapa pun, Gifta pikir pernikahan mereka akan berjalan tenang, tanpa banyak interaksi. Namun, di malam pertama pernikahan mereka, semua asumsi Gifta hancur berantakan.
Anggar, yang selama ini terlihat acuh tak acuh, tiba-tiba menunjukkan sisi yang tidak pernah Gifta duga-sikap mesra, perhatian, bahkan menggoda dengan cara yang membuat Gifta bingung dan ngeri sekaligus. Apakah ini benar-benar Anggar yang selama ini dikenal sebagai sosok yang berwibawa dan tenang? Tapi, kenapa tiba-tiba ia menjadi sosok yang berbeda begini?
"Ka-kamu kenapa sih? Kok dekat-dekat gini"
"Emangnya kenapa? Kita kan udah nikah, jadi sah-sah aja aku dekat-dekat gini."
"Ya tapi kan -aaaww, Anggar! Kamu ngapain?" Suaraku memekik kaget, syok dengan apa yang baru saja terjadi.
Aku ingin segera bangun, tapi nggak bisa. Kekuatan Anggar dalam mengurungku di luar batasku, ingin rasanya aku menendangnya tapi lagi-lagi itu hanya niat semata. Mau tahu apa yang ia lakukan padaku barusan? Anggar, menggigit telingaku. Bayangkan saja, telingamu tiba-tiba digigit dan bahkan dijilat. Kelakuan tidak senonoh macam apa ini? Ini pelecehan namanya.
"Ternyata kamu enak banget dipeluk-peluk gini."