Rasel, anak sulung dari orang tua yang hampir sempurna, namun, Ia lahir dalam keadaan keluarga yang sedang tidak baik-baik saja. Jiwanya hancur berkeping-keping, pikirnya terapung-apung di atas lautan, bagai kapal yang tak memiliki nahkoda di dalamnya. Setelah itupun Arma datang sebagai seniman, menyusun keping demi keping jiwa Rasel menjadi mozaik yang tertata indah. Berkat Arma, Ia merasakan bagaimana rasanya disayangi dengan tulus, tanpa putus.