Cover by @tingker_d on Insta.
Kadang aku berpikir, andai hatiku tak berlabuh padamu, mungkin kau tak akan pernah berada di lembar ini. Tak pernah menjelajahi duniaku yang begitu luas, yang kusinggahi hanya untuk mencari Bunga.
Kata orang, cinta itu buta. Namun bagiku, cinta dan luka adalah sunyi. Mereka tak bersuara, namun menuntunku menciptakan kebeneran sendiri. Tentang dia yang bersinar. Tentang dia yang dihancurkan. Dan tentang dia yang kupilih untuk menjadi Bayang Kelam.
Aku duduk di sudut koridor sekolah yang kini terasa asing, menatap punggung itu yang menjauh bersama Milea-nya.
Kisah kami tak pernah dimulai, namun beribu ending telah bernaung di kepalaku. Sebuah pengakuan tanpa saksi, dan cinta yang hidup di antara tinta dan kertas.
Di sana, aku hanyalah desau sepi.
Namun di lembar ini, aku abadi dalam hatinya.
Malam membawa bulan melayang diambang langit
Menebar bintang yang berbaris rapi
Sakit yg menggerogoti aku
Semakin tak berperasaan
Menusuk ulu hati, menyisakan luka yang tak kunjung mengering
Menambah lara hatiku yg terkhianati
Aku tak diberi kesempatan
Oleh rembulan untuk berkisah lebih lama dari biasanya
Arumi Syafiya.
_________________________________________
Secarik kertas terakhir seorang ibu dalam sakaratul mautnya. Lengkap dengan butir-butir air mata yg membekas di atas kertasnya. Dan tetesan darah yang membentuk identitas di permukaannya. Yang membuat siapa pun yang membacanya akan paham, betapa sakit dan. menderitanya ia di penghujung nyawanya.
Wanita hebat yg kerap kami panggil Bunda itu, telah tiada tiga tahun yang lalu. Mewarisi kami hati yang terbalut rindu. Lengkap dengan kenangan kami, hari-hari kami, yang kami habiskan dengan canda dan tawa. Tanpa tau apa yang telah dialaminya, kami tak kehilangan sedikit pun kasih sayang. Semuanya utuh, seolah baik-baik saja.