Kehidupan ini memang penuh dengan kejutan yang tak henti-hentinya diberikan kepada manusia di dunia, banyak hal yang mereka lakukan dalam menghadapi berbagai situasi, mulai dari menyelesaikan suatu masalah, atau malah menambah masalah yang menimpanya, merayakan kebahagiaan dengan pesta sampai pagi, atau sekadar menerima dan mempersiapkan diri untuk hari esok. Kenyataannya pahit dan manis, kita hanya perlu menerimanya. Seperti kebanyakan orang yang akan mengangkat bahu dan berkata "C'est la vie" ketika diajak berdiskusi tentang betapa rumit dan menariknya kehidupan manusia di dunia ini. Chloè Yvette seakan kebal dengan kalimat "C'est la vie" yang dulu sering ia dengar saat sang ibu menjawab pertanyaannya tentang "kemana perginya ayah?" atau "kenapa kita tidak bisa tinggal di Mansion tempat ibu bekerja?" dan masih banyak pertanyaan konyol saat ia masih belia. Kini, tepat di hari pernikahannya, Chloè kembali mendengar kalimat itu setelah kepergian sang ibu untuk selama-lamanya sepuluh tahun silam. "c'est la vie, on ne sait jamais" Yah, kita tak pernah tau hidup akan berjalan seperti apa. Suaminya, Mileon Rhys. Mengatakan hal itu tepat setelah janji suci mereka di altar. Chloè amat sangat tau dan paham situasi pernikahannya dengan Mileon, hanya sebuah perjodohan gila yang mengatasnamakan hutang budi keluarga Rhys kepada mendingan ibunya. Mileon adalah pewaris tunggal keluarga Rhys dan Chloè hanya gadis yang memiliki sepetak tanah berisi jeruk yang akan ia jual dari rumah ke rumah. Keduanya punya latar belakang yang jauh berbeda dan sebuah reputasi buruk bagi Mileon untuk menikah dengan "Gadis Jeruk" itu, tetapi menurut Chloè ini bukan hanya tentang membayar hutang budi. Pernikahan adalah janji di hadapan tuhan yang sangat sakral, sesuatu yang disaksikan langsung oleh tuhan bukanlah suatu lelucon atau permainan, melainkan sumpah. Lain halnya dengan Mileon, ia tak ingin punya istri seperti Chloè yang hanya seorang anak dari mantan pelayan keluarganya.All Rights Reserved
1 part