Nakalah, seorang anak yang selalu sakit, lahir dengan asma sejak pertama kali membuka mata. Setiap langkahnya selalu terasa berat karena penyakit yang mengikutinya. Sejak lahir, ia sudah menjadi beban bagi orang tuanya, terutama bagi sang ayah, Yuda.
Bagi Yuda, Nakalah adalah pengingat pahit akan kematian istrinya yang meninggal saat melahirkannya. Rasa kesal dan penyesalan yang mendalam selalu membuat Yuda menyalahkan Nakalah, meskipun itu bukan kesalahan anaknya. Setiap kali Nakalah terbatuk atau kesulitan bernapas, Yuda hanya melihatnya sebagai penderitaan yang tak kunjung usai, yang dihubungkan dengan perasaan bersalah atas kehilangan sang istri.
Nakalah tak hanya harus menghadapi sakitnya, tetapi juga perlakuan kasar dari ayahnya. Kata-kata menyakitkan dan hinaan sering terlontar darinya. Tak jarang, ia merasa seakan tak diinginkan di dunia ini, terutama setelah sering dibuli oleh teman-temannya yang tak mengerti situasinya.
Namun, meski begitu, Nakalah berusaha bertahan. Dengan segala kelemahan dan ketidakadilan yang diterimanya, ia bertekad untuk mencari tempat di dunia ini, bahkan jika itu hanya dengan harapan agar ayahnya, yang pernah sangat ia sayangi, melihatnya lebih dari sekadar anak yang menjadi alasan penderitaan.
Bagaimana Nakalah bisa mengubah pandangan ayahnya? Mampukah ia menemukan kedamaian di tengah segala kegelapan?
---