Huru-hara di Hutan Genggong adalah kisah petualangan seru yang sarat pesan moral. Cerita ini bermula ketika si Kancil diusir dari Hutan Genggong oleh sekumpulan monyet yang menuduhnya sebagai pembuat masalah. Namun, di balik pengusiran itu, para monyet sebenarnya bekerja sama dengan Nagon si ular sanca untuk merebut kekuasaan di hutan. Setelah si Kancil pergi, Nagon menjebak Raja Harimau dan memaksakan kekuasaannya, membuat para penghuni hutan menderita.
Dalam penindasan itu, tiga sahabat-Cici si kelinci, Kiki si burung kutilang, dan Kuro si kura-kura-berjuang mencari si Kancil untuk membebaskan hutan dari tirani Nagon. Perjalanan mereka penuh bahaya, tapi persahabatan dan keberanian mempersatukan mereka. Bersama Kancil, mereka menyusun rencana untuk mengalahkan Nagon dan para pengikutnya.
Dengan kerja sama, pengorbanan, dan keberanian, mereka berhasil membebaskan Raja Harimau dan melawan penindasan. Meski harus kehilangan Momo si monyet yang berpihak kepada kebenaran, mereka akhirnya mengembalikan kedamaian di Hutan Genggong. Cerita ini mengajarkan pentingnya persahabatan, keberanian, dan rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat dan pertolongan-Nya.
Hal yang pernah Rafa sesali dalam hidupnya, yaitu menaruh harapan pada seseorang yang tidak pernah menganggapnya ada.
Dibenci, dihina dan disakiti baik fisik dan batinnya, seakan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi remaja yang berusia 17 tahun itu.
Memangnya apa salahnya?
Dia hanyalah, seorang anak yang ingin merasakan keluarga yang sesungguhnya. Bahkan demi mendapatkan hal itu, dia mengabaikan perasaaannya sendiri dan bahkan menjadi orang jahat. Sehingga membuatnya semakin dibenci.
Rafa menyesal. Menyesal pernah berharap agar suatu hari mereka bisa melihat dirinya sebagai saudara dan seorang anak.